Menunggu Paling Tabah

Keretaku 'kan berangkatMembawa hujan dan juga anganDi sana bagaimana? Kotaku kuyupBulan tenggelam bintang menghilangSenyap, aku pulangLilin-lilin menerangi malamdan rayap mengikis kayu basahLenyap, sekalian akuJutaan detik memupus harapanMengasingkan diri dari keramaian Katanya si menunggu paling tabahKata lainnya ialah aku...

Detik Berharga

Dekap mu turut reda
Disaat aku masih ingin bercerita
Sama hal nya dengan senja,
yang datang membawa keindahan dan pergi seketika.....

Sampai kapan diri ini terus berjalan?
Memikul beban dan kesedihan
Berlarut-larut dalam kerinduan
Tetapi sadar inilah kehidupan

Samudera turut bela sungkawa
Sukma yang sempurna larut bersama luka
Takdir sudah ditulis dengan tinta
Mengulang lakon hanya mimpi semata...

Berselimut Kenangan

Pada secarik kertas dan tinta pena
Menggores beribu-ribu aksara
Walaupun berkali-kali harus tercoret

Walaupun dinginnya menusuk
Panasnya menyengat
Pahitnya menyesak
Dan manisnya yang mengusik

Akan tetap ku tuang pada secarik kertas ini
Ku tak mengerti
Apa dan kenapa
Semua seolah-olah memutari isi pikiranku

Luka memang ada sembuhnya
Duka memang ada perginya
Namun, kenangan tak ada matinya

Indah Berkelana

Setiap raga yang memiliki rasa
Indah menjelma bersama kasih sayang
Tak perlu merasa ini sebuah luka sebab
Ini takkan jadi derita

Anila samudra membawa aksa
Nabastala biru berikan dukungan
Itulah keindahan yang terus berkelana

Sisa Rasa yang Tak Hilang

Ketika pulang ke rumah tapi isinya tak lagi utuh, rasanya sakit untuk menjadi penghuni lagi di dalamnya. Tapi mau seburuk apa pun, yang namanya keluarga tetap menjadi tempat pulang yang akan menerima dirimu apa adanya.Semua orang pada akhirnya akan pergi, tapi kau tidak menyangka akan merasakan itu lebih awal dari keluarga. Sekarang kau sadar, rumah itu keluarga. Malam ini, kamarmu terasa lebih sempit dari biasanya. Dinding-dindingnya seperti hendak menekan tiap inci napas yang kau usahakan.Buku-buku di mejamu berserakan, bertumpuk tanpa arah seperti pikiranmu. Setiap kali kau mencoba untuk berkonsentrasi, suara-suara itu kembali. "Harus bisa lebih baik, Arum," begitu kata Ayah."Kamu tahu keluargamu menggantungkan harapan padamu," tambah Ibu. "Bu, bisa kita ngobrol...

Ruang Hening di Antara Ekspektasi

Malam itu, aku berbaring di atas kasur, lampu kamar sengaja kuatur redup. Dalam gelap yang tenang, pikiranku melayang jauh, membayangkan hari esok.Kamis pagi, 14 November 2024. Aku telah menyiapkan diri dengan baik malam ini, membaca ulang materi selama 20 menit.Materinya terasa akrab, seperti pertemuan ketiga di awal semester. Aku memejamkan mata, membayangkan diriku yang esok akan menjadi berbeda.Kelas itu terasa lebih hidup. Aku melangkah masuk dengan percaya diri, membawa semangat baru yang belum pernah kurasakan sebelumnya.Teman-teman sudah memenuhi kursi mereka, beberapa sibuk mengobrol ringan, yang lain memeriksa catatan.Bu Rita masuk dengan senyum hangatnya, seperti biasa."Assalamualaikum,"sapanya."Waalaikumsalam, Bu," kami menjawab serentak.Presentasi dimulai. Kelompok...

Negeri Sejuta Pesona

Indonesia Negeri sejuta pesona Negeri yang kaya akan budaya Beragam keunikan di dalamnya. Indah akan keragaman flora dan fauna, dengan sejuta cinta oleh penduduknya. Ku ukir kata dengan negeri sejuta budaya Bak bulan yang memancarkan cahayanya Begitulah negeriku dengan sejuta pesona dan budaya. Upacara adat yang menjadi kebiasaan Alat musik yang menjadi suatu kebanggaan Tarian adat dengan sejuta iringan. Pakaian adat dengan ciri khas daerahnya Rumah adat yang memikat dengan bentuknya Lagu daerah yang sarat dengan karya cipta Makanan khas yang kaya akan cita rasa Itulah Indonesia, negeri berbudaya Beraneka ragam, namun tetap satu jua. Negeriku Beragam cinta kata yang kau bendung Beraneka ragam suka duka yang kau urung. Oh negeriku, yang kaya akan...

Dunia di Pelukan Ibu

Banyak orang mencacimu
Banyak orang membencimu, karena mencintaiku seluas angkasa.
Kekhawatiranmu kau telan di balik senyuman permata.
Mahal, berkilau, dan hangat.

Ketika semua orang mencelaku,
Engkau berdiri dengan punggung tegap.
Kau berteriak, "Tiada satu pun di dunia ini yang bisa menyakiti anakku!"
Tiada nyanyian yang lebih indah selain suaramu, Ibu

Tak peduli, jika manusia paling suci di luar sana
Mengecammu.
Kau adalah ibu terbaik, wanita terhebat sepanjang hidupku.
Ibuku, duniaku.

Kau terpilih menjadi ibuku di dunia ini adalah syukurku yang abadi.
Pahlawan cantik tanpa baju zirah,
Kunang-kunang yang menerangi malamku,
Manusia yang pantas menjadi pelabuhan cintaku.

Kecamuk

Kegilaan...
Ini jelas bukan puisi
Ku hanya ingin melegakan hati
Menulis yang ada dalam benak diri
Memberi sedikit ruang spasi

Aku kesal dan mau marah
Aku kesal dan ingin menangis
Aku ingin teriak marah
Aku ingin lalu terhempas

Aku terhempas ke dalam lautan kecamuk ini
Aku jatuh ke lautan kebencian pada diri sendiri
Ingin lari jauh lalu menghilang
Ingin pergi lalu sembunyi
Ingin melalang buana dan tak kembali
Tapi nyatanya aku masih di sini

Rindu, Doa, dan Harapan

Senja di ujung hari
Di batas langit senja terlukis,
Langit merah jingga yang manis,
Cahaya mentari perlahan terkikis,
Membawa kedamaian di hati yang tertulis.

Burung-burung terbang menuju sarang,
Di atas angin yang lembut berbisik tenang,
Senja menyapa, terang benderang,
Menyudahi hari dengan harapan terbilang.

Rindu di Tengah Malam
Dalam hening malam aku terjaga,
Rindu menyelinap di sudut jiwa,
Mengingat wajahmu yang selalu ada,

Walau jauh, tetap terasa dekat di rasa.
Bintang bertaburan, sinarnya menawan,
Menggambarkan rinduku yang tak tertahan,
Dalam doa dan harapan, kutitipkan pesan,
Semoga segera kita dipertemukan.