Kisah Inspiratif Prof. H. Yalvema Niaz, MA, Ph.D Hingga Menjadi Guru Besar

Prof. H. Yalvema Niaz, MA, Ph.D saat berpidato dalam Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang (UNP) dalam rangka Pidato Kehormatan Purnabakti Guru Besar di Auditorhium UNP, Selasa (28/9).
Rapat Senat Terbuka Universitas Negeri Padang (UNP) dalam rangka Pidato Kehormatan Purnabakti Guru Besar, Prof. H. Yalvema Niaz, MA, Ph.D dalam pidatonya menceritakan pengalaman inspiratifnya hingga meraih gelar Guru Besar di Auditorium UNP, Selasa (28/9).
Prof. H. Yalvema Niaz, MA, Ph.D menceritakan enam tahapan yang berkesan dalam hidupnya yang Ia sebut sebagai success of failure about part of life before a permanent.
Masa Waktu Jadi Mahasiswa IKIP Padang
Prof. Yalvema merupakan aktivis kampus bersama Makmur Hendrik dan Prof. Haris Efendi Tahar. Pada waktu itu, lanjut Yalvema, Ia mejabat sebagai pengurus dewan mahasiswa sedangkan di Fakultas Ilmu Sosial, Ia menjabat sebagi senat mahasiswa.
"Pada waktu itulah kami melakukan demo-demo yang cukup heboh pada waktu itu, kebutalan orang tua yang sangat kita hormati yaitu alm. Prof Yusrin, sampai-sampai kami mendemo beliau dan kami menyesal," ucapnya.
Lebih lanjut, Prof. Yalvema sempat menjalani latihan militer di Sumber Saksi yang merubakan cikal bakal Menwa sekarang.
Menjadi Wartawan
Hal berkesan selanjutnya bagi Prof. Yalvema adalah pada saat dirinya menjadi wartawan. Hampir setiap hari tulisannya terbit di koran-koran Padang terutama di Haluan dan juaga koran-koran lain di Jakarta seperti Harian Prioritas atau sekarang namanya Media Indonesia, Majalah Tribun, menjadi wartawan Selecta Gruop, dan Majalah Detektif dan Romantika.
"Akibatnya di Haluan saya jadi pegawai tetap, di Jakarta saya menerima honor tiap bulan, sehingga dalam ukuran mahasiswa pada saat itu saya mahasiswa paling kaya," ungkapnya.
Diangkat Menjadi Guru SPG Di Bukittinggi
Prof. Yalvema mengutarakan pada saat itu Ia di minta untuk mengajar Sekolah Pendidikan Guru di Bukittinggi. SPG tersebut hanya terdapat tiga jurusan yaitu IPA, IPS dan Seni. Yalvema yang pada saat itu merupakan mahaiswa Geografi, merasa kebingungan karena tidak ada pelajaran geografi di SPG tersebut.
"Kepala Sekolah menunjuk saya untuk mengajar BMP atau PPKN,"pungkasnya.
Selanjutnya, karna ingin mendapat gelar Doktorandus (Drs), Yalvema kembali kuliah Geografi di IKIP Padang, 2 tahun setelahnya baru Ia mendapatkan gelar sarjana. Setelah itu, ceriat Yalvema, Ia kembali mengajar di SPG Bukittinggi.
Install aplikasi Ganto apps di Google Play
Komentar
Kirim Komentar