Mengupas Tuntas Si Putih Karya Tere Liye

Foto: Gramedia.com
Gita Reski Ananda
Judul Buku : Si Putih
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Juni 2021
Tebal : 376 halaman
Harga : Rp85.000,00
Novel karya Tere Liye ini mengisahkan tentang N-ou si anak lelaki tangguh yang terpaksa ditinggalkan oleh orang tuanya saat sebuah wabah penyakit menyerang Klan Polaris. N-ou yang saat itu masih berusia dua belas tahun ditinggalkan seorang diri di Kota E-um karena terinfeksi virus, membuat N-ou tidak bisa memasuki wilayah evakuasi yang dijaga ketat oleh teknologi canggih. Seorang diri, N-ou meringkuk di bangunan tua yang sudah lama tidak berpenghuni. Di bangunan itu, ia bertemu dengan seekor anak kucing yang sedang terjepit di bawah salah satu bongkahan material gedung.
Dengan sisa tenaga akibat gejala infeksi virus, N-ou menolong anak kucing tersebut. Anak kucing yang telah N-ou selamatkan diberi nama si Putih. Selama lima tahun mereka mengitari dinding kokoh yang menjadi pembatas wilayah evakuasi, mencari cara agar mereka bisa memasuki wilayah tersebut dan lima tahun pula usaha mereka berakhir sia-sia. Dinding yang terbuat dari teknologi canggih itu tidak bisa ditembus oleh siapapun. Tidak ingin lama-lama hidup dalam putus asa, N-ou bersama si Putih memutuskan untuk menjelajahi Klan Polaris ke arah yang berlawanan dari dinding pembatas.
Dari novel ini dapat kita peroleh pesan nilai jika hal yang kita anggap mustahil itu terjadi karena kurangnya pemahaman dari diri kita sendiri. Seperti kutipan Pak Tua di dalam novel Si Putih "Hanya karena kita tidak bisa memahaminya, bukan berarti itu tidak masuk akal. Itu hanyalah tingkatan lebih tinggi Klan Polaris." Novel ini juga mengajarkan jika teknologi akan berguna jika yang menggunakannya untuk kebaikan, sebaliknya teknologi dapat merusak jika digunakan untuk keburukan. Novel ini juga mengandung nilai moral untuk percaya diri, memiliki pendirian teguh dan tetap bersungguh-sungguh. Nilai-nilai lain yang bisa kita ambil dari novel Si Putih adalah jika dunia ini bukan hanya dihuni oleh manusia, ada hewan dan tumbuhan juga yang hidup berdampingan bersama kita.
Kelebihan dari novel ini tentu saja banyak. Novel ini membahas hal-hal yang kekinian, seperti pandemi dan konspirasi, tetapi hebatnya disampaikan dengan santun dan dijelaskan dengan ilmiah yang lumayan masuk akal. Cover buku ini pun tak kalah menarik. Warnanya putih keabu-abuan dengan ilustrasi kucing dan naga, sangat menggambarkan isi novel, dimana masalah berakhir dengan pertempuran antara si Putih dan naga milik Raja Gunung Timur. Tere Liye berhasil membuat pembaca seolah-olah berada di dalam cerita, salah satunya oleh persamaan penderitaan atau kejadian, yakni pandemi Covid-19. Selain itu, karakter dalam novel ini pun mampu menghidupkan cerita, seperti Pak Tua yang galak namun humoris, serta N-ou dan si Putih yang suka bermain seperti anak kecil. Interaksi antara manusia dan hewan serta tumbuhan pun mampu membangkitkan imajinasi pembaca tanpa adanya kesan memaksa. Setiap lembar kisah dan kerumitan petualangan ketiganya disuguhkan melalui gaya penulisan Tere Liye yang menarik dan khas, membuat pembaca tidak bosan dan malah semakin penasaran.
Kekurangan yang terdapat di novel ini, yaitu adanya keganjilan pada halaman 171. Di sana N-ou bertemu kembali dengan temannya yang bernama S-ket. Menjadi sebuah pertanyaan besar kenapa temannya tersebut bisa selamat dari pandemi yang bisa dikatakan tidak mungkin orang biasa seperti S-ket bisa selamat. N-ou yang seorang pengendali hewan memiliki kekuatan dan daya imunitas yang tinggi hingga bisa selamat, namun S-ket bukanlah seorang pengendali hewan. Terlepas dari satu kekurangan kecil itu, novel Si Putih lebih banyak memiliki kelebihan. Novel ini sangat menarik untuk dibaca oleh remaja dan kaum muda. Terlebih untuk orang-orang yang suka membaca buku fantasi atau fiksi petualangan.
Komentar
Kirim Komentar