Strict Parents Dapat Membunuh Mental Anak

Ilustrasi: majalahsunday.com
Rahmi Mailiayas Wati
Sering kali kita mendengar keluhan dari anak muda umumnya perempuan bahwa mereka adalah anak strict parents yang semua tindakannya di bawah kendali orang tuanya. Dilanjutkan dengan tekanan serta aturan yang dapat membuat seorang anak mengalami stres hingga depresi akibat dari banyaknya tuntutan dari orang tua. Menurut hallosehat.com strict parents adalah orang tua yang menempatkan standar dan tuntutan yang tinggi pada anaknya. Biasanya orang tua yang menerapkan pola asuh ini memiliki sifat otoriter atau otoritatif.
Lalu apa saja ciri-ciri dari pola asuh orang tua yang strict parents? Orang tua yang strict parents umumnya adalah orang tua yang sering menuntut dan banyak aturan, tidak percaya pada anak, memberikan hukuman fisik, jarang memberikan perhatian dan kasih sayang, serta merendahkan harga diri anak.
Tak jarang ada yang mengeluh mengapa aku dilahirkan sebagai anak strict parents? Sedangkan teman-teman seusiaku dapat dengan bebas melakukan apa yang mereka inginkan tanpa adanya aturan yang begitu ketat. Tentunya semua orang tua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik, namun dibalik itu semua banyak orang tua menerapkan pola asuh yang salah sehingga memberikan tekanan kepada anak.
Dengan perlakuan tersebut apakah berdampak buruk pada anak? Tentu saja berdampak buruk pada anak. Di antaranya membuat anak cenderung memiliki perilaku yang bermasalah. Mengutip dari American Pshychological Association, sebuah penelitian terhadap 600 anak berusia 8 hingga 10 tahun membuktikan bahwa mereka yang memiliki strict parents mengalami masalah perilaku yang paling banyak. Pada penelitian tersebut, efek atau dampak strict parents menjadikan anak-anak berperilaku lebih suka menantang, hiperaktif, agresi, dan perilaku antisosial. Mereka juga memiliki kesulitan dalam mengendalikan emosi dan lebih sedikit berperilaku secara prososial layaknya anak pada umumnya.
Dampak lainnya yaitu, dapat menyebabkan anak tidak percaya diri pada kemampuannya dan kesejahteraan mental yang terganggu. Untuk menjadi orang yang berkompeten dan sehat, anak-anak perlu mengembangkan keterampilan yang memungkinkannya berpikir fleksibel dalam lingkungan sosial yang kompleks. Sementara itu, orang tua yang memiliki aturan yang kaku biasanya akan melakukan kontrol psikologis dan perilaku dengan ketat yang mungkin dapat mengganggu mental anak-anak.
Dampak yang terlihat dari anak-anak yang memiliki orang tua yang strict parents adalah lebih rentan mengalami depresi. Bagaimana tidak? Orang tua bersikeras pada hal-hal yang dilakukan persis seperti yang mereka minta. Jika anak-anak berbuat kesalahan, orang tua akan dengan cepat memberikan hukuman fisik kepada anaknya. Saat ada di rumah, anak-anak memiliki batasan yang ditetapkan sepihak oleh orang tua mereka.
Menurut University of Georgia, ketika anak-anak telah mencapai usia remaja dan menjadi lebih mandiri, banyak hal yang belum sempat mereka pelajari termasuk cara mengendalikan emosi dan membuat keputusan yang terbaik sendiri. Jadi, ketika orang tua sendiri bersikap terlalu mendikte dan mengekang, anak tidak mampu belajar dengan baik bagaimana harus mengendalikan emosi serta membuat keputusan dalam hidupnya.
Untuk menghindari hal dampak buruk itu terjadi, ada beberapa cara yang dapat dilakukan orang tua, yaitu memberikan pola authoritative asuh padagaya pengasuhan. Ciri-ciri dari pola asuh authoritative adalahmempunyai peraturan yang jelas dan masuk akal, suportif dan responsif, serta menghargai setiap pendapat. Pada gaya pengasuhan yang satu ini, orang tua akan memperlihatkan wibawanya sekaligus menjadi teman untuk anak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh authoritative cenderung mempunyai pribadi ramah, mandiri, energik, dapat mengendalikan diri, hingga mempunyai tujuan untuk hidupnya nanti.
Komentar
Kirim Komentar