Pentingnya Pola Asuh untuk Anak yang Memasuki Usia Remaja

Ilustrasi: TheHungryJPEG.com
Rahmawati Putri
Mengasuh anak merupakan tugas orang tua dalam sebuah keluarga yang berada di lingkungan masyarakat. Keluarga merupakan tempat utama di mana anak berkembang dan dibesarkan oleh orang tua hingga menjadi pribadi yang dewasa serta mandiri dan seperti yang diketahui menjadi orang tua bukanlah peran yang mudah. Terlebih perihal mengasuh anak yang sudah tumbuhremaja. Masa remaja merupakan proses pertumbuhan yang seringkali mendatangkan kebingungan.
Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju tingkat dewasa. Masa remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu fase remaja awal (12-15 tahun), fase remaja pertengahan (15-18 tahun), dan fase remaja akhir (18-21 tahun). Masa remaja (adolescence) merupakan masa yang sangat penting dalam rentang kehidupan manusia, merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju kemasa dewasa. Hurlock mendefinisikanadolescenceatau remaja berasal dari bahasa latin (adolescene), kata bendanya adolescentia yang berarti remaja yang berarti "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa".
Masa remaja memang merupakan suatu masa yang menyenangkan sekaligus masa yang tersulit bagi anak dalam menuju proses kedewasaan. Anak yang sudah beranjak dewasa atau sering disebut remaja sudah tidak bisa disebut sebagai anak kecil maupun dianggap sebagai orang yang sudah dewasa. Anak pada usia remaja ini ingin merasa bebas tanpa aturan dan merasa bisa menangani masalahnya sendiri. Di sisi lain sebagai makhluk sosial anak pada usia remaja ini masih tetap membutuhkan bantuan dari orang tua maupun dari orang lain.
Pada masa remaja banyak terjadi perubahan pada diri anak baik secara fisik, psikis, maupun sosial yang berbeda dari masa kanak-kanak sehingga kemungkinan remaja mengalami masa krisis yang ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang pada anak usia remaja. Perilaku menyimpang pada usia remaja ditandai dengan kenakalan remaja, di mana bentuk perbuatan tersebut merupakan antisosial. Pelanggaran hukum atau peraturan bisa termasuk pelanggaran berat, seperti membunuh atau pelanggaran yang termasuk dalam norma masyarakat seperti membolos sekolah, menganggu kenyamanan publik, berjudi, bermain tanpa batasan waktu, dan lain lain.
Kenakalan remaja merujuk pada tindakan pelanggaran suatu hukum atau peraturan oleh seorang remaja. Kenakalan remaja adalah bentuk perilaku remaja yang selalu melakukan kejahatan yang dimotivasi untuk mendapatkan status sosial dan penghargaan dari lingkungan remaja tersebut. Salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orang tua sebagai figur tauladan bagi anak, misalnya karena ketidakharmonisan hubungan orang tua yang bisa berujung pada perceraian orang tua dan berimbas pada anak.Oleh sebab itu, kita sebagai orang tua harus bisa menyikapi sikap dari anak yang memasuki usia remaja tersebut dengan pola asuh yang sudah dipelajari.
Terdapat beberapa hal menurut laman resmi Sahabat Keluarga Kemendikbud yang dapat dilakukan orang tua untuk menyikapi anak yang memasuki usia remaja, yaitu sebagai berikut. Pertama, jalin komunikasi dua arah sebagai orang tua. Tidak selamanya dapat diketahui apa yang anak inginkan dan lakukan pada pergaulan. Namun, tidak perlu khawatir tentang hal tersebut, menjalin komunikasi dua arah adalah solusi terbaik untuk mengetahui sebagian besar hal tentang mereka. Berilah kesempatan anak bercerita dan mencurahkan isi hati, karena remaja cenderung suka bercerita dibanding mendengarkan. Nah, setelah anak bercerita, orang tua sebagai pendengar bisa sedikit demi sedikit memberikan masukan dengan nada bercerita pula. Hal itu agar mereka tidak merasa seperti dihakimi atau dinasihati.
Kedua, bekerja sama dengan guru. Bagi orang tua yang mempunyai sedikit waktu untuk bisa berkomunikasi intensif dengan anak, guru di sekolah menjadi solusi. Artinya, orang tua bisa memberikan otoritas kepada sekolah untuk bisa mendidik dan mengarahkan anak dengan kesepakatan tertentu. Dengan adanya kesepakatan antara orang tua dan guru, maka pihak sekolah atau guru akan lebih leluasa mengatur dan mengontrol perilaku anak.
Ketiga, hilangkan persepsi "pacaran penyemangat belajar". Maraknya perilaku pacaran berlebihan di kalangan pelajar seringkali karena alasan, "pacaran adalah penyemangat belajar". Sebenarnya tidak ada sejarah yang mengatakan "pelajar sukses berkat pacaran di sekolah", mungkin yang relevan adalah "pelajar stress berkat pacaran di sekolah". Mengapa demikian? Pacaran di sekolah bukannya membuat semangat anak, hal ini justru akan membuat mereka tidak fokus pelajaran karena terlalu memikirkan pacar. Apalagi jika keduanya pada suatu saat memutuskan hubungan, semua bisa menjadi berantakan.
Keempat, memperkenalkan ajaran, norma, dan nilai agama. Memperkenalkan norma dan nilai agama menjadi hal penting dalam membentengi remaja dari pergaulan melampaui batas. Dalam agama, ada batasan-batasan mengatur bagaimana etika bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain, terutama lawan jenis. Memperkenalkan anak pada ajaran agama dapat memberikan kegiatan positif, seperti rajin salat, mengaji, dan berorganisasi sosial keagamaan, sedangkan memperkenalkan mereka pada norma dan nilai agama dapat membatasi mereka dalam berperilaku.
Kelima, awasi penggunaan HP, tablet, dan televisi. Maraknya acara televisi tidak mendidik menjadi tantangan besar orang tua. Ditambah lagi, kemudahan akses dunia maya memberikan peluang besar bagi para remaja melakukan hal negatif. Saat ini sudah tidak mungkin lagi bagi remaja untuk tidak bisa mengakses konten dewasa yang seharusnya bukan konsumsi mereka. Bahkan tanpa harus dicari, tawaran konten-konten dewasa sudah banyak bertebaran. Hal tersebut menjadi kewajiban tambahan orang tua untuk selalu memberikan pengawasan bagi anak remajanya termasuk mengecek penggunaan media sosial, terutama terkait konten yang mereka tonton dan komunikasi dengan orang lain di dunia maya.
Komentar
Kirim Komentar