Komunitas Seni Belanak: Seni Ruang Publik sebagai Media Edukasi

Terlihat dua orang sedang menikmati salah satu karya mural yang dilukis oleh Komunitas Seni Belanak di Gang Muhajirin I, Dadok Tunggul Hitam, Jumat (25/03). f/Tiara
Tiara Tri Dewi
Sore itu, Jumat (25/03) sekitar pukul 17.30 WIB cuaca di Kota Padang tidak terasa begitu terik seperti biasanya. Ketika melewati Gang Muhajirin I yang berada di Dadok Tunggul Hitam, Kecamatan Koto Tangah, Kota Padang, Ganto melihat dinding di gang itu dipenuhi gambar mural warna-warni. Tidak hanya di dinding saja, jalan setapak gang itu juga digambari dengan gambar permainan tradisional yang bisa dimainkan, seperti permainan engklek. Hal ini membuat anak-anak bermain ria di sekitar gang itu.
Ketika Ganto menanyakan kepada warga sekitar, gambar mural dibuat oleh sebuah komunitas yang ada di Gang Muhajirin I. Ganto memutuskan untuk langsung berkunjung ke rumah komunitas tersebut. Sesampainya di sana, Ganto disambut ramah oleh ketua Komunitas Seni Belanak, yaitu Beni Saputra.
"Seni Ruang Publik sebagai Media Edukasi". Itulah tagar yang digunakan oleh Komunitas Seni Belanak. Beni menjelaskan kegiatan yang baru-baru ini diadakan oleh Komunitas Seni Belanak adalah "Muhajirin Street Art Collectiive". Muhajirin sendiri diambil dari nama gang keberadaan Komunitas Seni Belanak. Program ini termasuk kepada program di sini di sana senang, tetapi pada event ini lebih merespon ruang publik yang ada di Gang Muhajirin.
Di sisi lain, hadirnya kegiatan mural ini
juga dilatarbelakangi oleh Komunitas Seni Belanak yang sudah menempati Gang
Muhajirin I selama enam tahun-sebelumnya bertempat di Gang Bakti 2. Oleh karena
itu, belanak juga ingin berkontribusi untuk Gang Muhajirin I ini.
"Sayang kan kalau misalnya di gang ini ada
Komunitas Seni Belanak, tapi gangnya tidak mencerminkan Komunitas Belanak di
sini," ujarnya.
Awalnya warga sekitar sempat merasa ragu terhadap kegiatan ini. Namun, Komunitas Seni Belanak sendiri memberikan penjelasan kepada warga bahwasanya gambar ini tidak hanya sekedar gambar yang orientasinya bagus dan indah, tetapi terdapat konteks lingkungan atau sosial yang melekat pada lukisan dinding itu.
Satu minggu sebelum eksekusi dinding warga, Komunitas Seni Belanak melakukan riset kecil-kecilan, wawancara kecil-kecilan, dan penggalian isu. Dari sana terjadi interaksi dan komunikasi kepada warga sekitar dan pada akhirnya mendapatkan sebuah isu yang dijadikan sebuah mural.
"Ketika sketsanya sudah ada kami akan memperlihatkannya kepada ibu atau bapak yang punya dinding dan kalau disetujui baru kami gambar," jelas Beni.
Beni Saputra atau biasa dipanggil dengan Si Ben menceritakan komunitas yang berdiri sejak tahun 2003 ini dilatarbelakangi oleh kelompok kantau, yaitu semacam kelompok pelukis. Kelompok kantau pada waktu itu mengontrak rumah di Gang Belanak, Cendrawasih. Saat itu ada salah satu dari anggota kelompok tersebut mengikuti kegiatan di Yogyakarta dan ketika ia kembali ia menawarkan sebuah konsep komunitas. Pada akhirnya, terciptalah Komunitas Seni Belanak yang namanya diambil dari nama gang tempat mereka tinggal.
Di sisi lain, kata belanak diambil dari salah satu nama jenis ikan. Filosofinya, ikan belanak merupakan ikan yang hidup berkomunal atau berkelompok. Ketika satu ekor ikan mengarah ke kiri maka semuanya akan mengarah ke kiri juga, pun sebaliknya. Oleh karena itu, anggota Komunitas Seni Belanak harus mempunyai rasa kebersamaan seperti ikan belanak itu sendiri.
Si Ben juga menjelaskan Komunitas Seni Belanak berfokus kepada pendistribusian ilmu pengetahuan dengan frame-frame media kampanye seni. Kebanyakan anggota komunitas ini adalah orang-orang yang berlatar belakang seni rupa. Komunitas ini menggarap beberapa skala program kecil, menengah, dan besar.
"Kalau keseharian teman-teman di sini itu berkarya, ada yang melukis, videografer, dan ada juga yang nulis," tambahnya.
Dalam segi kegiatan reguler, komunitas ini mempunyai platform yang dinamakan "Di Sini Di Sana Senang". Di sini di sana senang merupakan salah satu program yang berorientasi pada kegiatan yang edukatif, seperti mengadakan workshop melukis, pemutaran film, dan diskusi. Selain di sini di sana senang, komunitas ini juga mempunyai program yang dinamakan pameran julo-julo. Pameran julo-julo ini merupakan pameran dengan pola arisan. Sistem dari pameran julo-julo ini adalah mencabut lot dan dua orang nama yang keluar akan dipamerkan karyanya.
"Sistemnya itu kita seperti main arisan makanya dibuat namanya julo-julo. Dua orang nama akan dipamerankan dan satu orang sebagai kurator atau penulis di pameran itu," jelas Si Ben.
Setelah berbincang-bincang cukup lama, Ganto beralih melihat keadaan rumah kesenian itu. Di dalamnya terdapat lukisan-lukisan yang unik dan juga sebuah perpustakaan mini. Tak terasa adzan maghrib sudah berkumandang dan Ganto memutuskan untuk pulang.
Komentar
Kirim Komentar