FoMO sebagai Tradisi Baru Generasi Milenial

Ilustrator: Zahra Dafiah
Zahra Dafiah
Fear of Missing Out(FoMO) atau dalam bahasa Indonesia "takut untuk ketinggalan" telah menjadi fenomena nyata yang bersifat umum. Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh seorang ilmuwan asal Inggris bernama Dr. Andrew K. Przybylski pada tahun 2013. FoMO adalah perasaan cemas dan takut yang timbul di dalam diri akibat ketinggalan sesuatu yang baru, seperti berita, tren, dan hal lainnya.
Salah satu penyebab FoMO adalah penggunaan media sosial. Kondisi ini semakin marak saat media sosial berubah menjadi suatu bagian penting dalam kehidupan manusia sehari-hari. Contohnya, ketika mencicipi sebuah menu lezat di restoran, kebanyakan orang bukan lagi berdoa sebelum makan, melainkan memotret kemudian mengunggahnya ke media sosial. Tujuannya sendiri bisa untuk menjadi rekomendasi makanan ke orang lain atau hanya sekedar memamerkannya saja. Tanpa disadari orang yang fokus mengambil gambar makanan demi update status akan kehilangan 'momen' saat menikmati makanan.
Hal tersebut membuktikan bahwa tidak sedikit pengguna media sosial yang berusaha untuk menunjukkan bahwa kehidupannya sempurna, meskipun kenyataannya tidak demikian. Selain takut ketinggalan berita di media sosial, mereka juga terkadang sengaja mengunggah gambar, tulisan, atau video hanya untuk terlihat update.
Perilaku FoMO juga bisa membuat seseorang merasa tidak berdaya saat tidak memegang gadget dan sangat resah bila tidak terhubung dengan akun media sosialnya walau hanya sebentar. Lalu apakah dampak FoMO itu?. Dampak dari FoMO adalah: timbul perasaan negatif, seperti rasa tidak bahagia dan ketidakpuasan dalam hidup, menurunkan rasa percaya diri, mengganggu produktivitas, mood kacau dan stres, serta masalah tidur.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh lembaga JWT Intelligence mengenai FoMO pada tahun 2011 disebutkan bahwa yang paling banyak menderita FoMO adalah generasi milenial, yaitu sebanyak 70% dibandingkan dengan generasi yang lain. Sejumlah pakar mulai khawatir fenomena ketakutan akan ketertinggalan trend akan semakin meluas di kalangan generasi milenial. Hal tersebut dikarenakan generasi milenial cenderung lebih sering menggunakan media sosial dan akhirnya mengalami FoMO.
Ada beberapa tips untuk mengatasi FoMO, yaitu: mengurangi akses sosial media, menikmati semua yang dimiliki, lebih memfokuskan diri pada dunia nyata, jangan haus akan perhatian dan pujian, serta bersyukur.
Meskipun FoMO adalah fenomena yang berbahaya bagi kesehatan mental, fisik, dan hubungan sosial, namun bukan berarti kita dilarang menggunakan media sosial sama sekali. Menggunakan media sosial sah saja, asal menggunakannya dengan batasan yang wajar. Perlu diingat lagi bahwa tidak semua hal yang terjadi dalam diri kita harus publikasikan. Selain itu, usahakan untuk tidak membandingkan hidup kita dengan kehidupan orang lain di media sosial karena apa yang ditampilkan di media sosial belum tentu hal yang sebenarnya terjadi. Tidak mengupdate foto liburan bukan berarti orang tersebut tidak pernah have fun, begitupun sebaliknya.
Komentar
Kirim Komentar