Remaja dan Trend Kesehatan Mental
M. Fikri Haiqal
Kesehatan mental sangat penting bagi setiap manusia. Dengan kondisi mental yang sehat manusia mampu menjalankan dan mengerjakan aktivitas nya dengan baik dan tanpa tekanan. Terlebih ketika memasuki fase remaja, kesehatan mental bagi remaja sangat penting karena di fase remaja ini lah manusia berusaha untuk menemukan jati dirinya dan mengembangkan segala potensi yang ia miliki.
Belakangan ini anak muda semakin melek akan kesehatan mental atau sering juga disebutmental illness. Banyaknya influencer serta media-media yang menggaungkan tentang kesehatan mental akan semakin menambah kesadaran anak muda akan pentingnya kesehatan mental. Penyakit mental ini beragam-ragam, mulai dari skyzofernia, bipolar, obsesif,kompulsif, dll.
Para ahli berpendapat bahwa remaja rentan dengan gagguan kesehatan mental. Penyebabnya beragam mulai dari tugas sekolah, lingkungan, lingkaran pergaulan, sosial media, bahkan keluarga bisa menjadi penyebab seseorang mengalami gangguan kesehatan mental. Perkembangan kesadaran remaja akan kesehatan mental tadi semakin meluas dan bisa dianggap menjadi trend bagi sebagian kalangan remaja, khususnya remaja di kota-kota besar. Mereka beranggapan bahwa ketika meraka mem-publishisu-isu yang berkaitan dengan kesehatan mental, meraka akan mendapatkan standar sosial sendiri di lingkaran pergaulan selain tujuannya untuk membangkitkan kesadaran remaja lain.
Semakin kesini kampanye-kampanye akan kesadaran kesehatan mental di media sosial mulai melenceng dari esensi awalnya. Awalnya para pemerhati kesehatan mental berkampanye tentang usaha mereka dalam menekan angka perundungan, penyelamatan anak-anak korban KDRT , dan membuat layanan bercerita untuk orang-orang yang butuh tempat bercerita. Pada akhirnya malahmenjadi ajang adu kesedihan dan anti kritik. Mereka beranggapan ketika membagi kesedihan dan kisah-kisah melankolis di media sosial pada saat itu dunia harus berporos pada kesedihan mereka dan tidak ada ruang untuk kritik.
Perilaku anti kritik dari remaja tersebut bukan tanpa alasan, sudah pasti mereka berperilaku seperti itu karena mencontoh influencer atau publik figur yang sering membahas kesehatan mental di akun-akun media sosial mereka. Salah satu publikfigur yang sering mengkampanyekan kesehatan mental adalah penyanyi solo Nadin Hamizah. Ia dalam postingannya di Twitter selalu membahas pentingnya kesehatan mental dan tidak jarang meluapkan masalah-masalah pribadinya.
Salah satu cuitan Nadin di Twitter yang mendapat banyak kritik adalah"Your girlfriend.Your mentally unstable girlfriend,"tulis Nadin Amizah, Senin (1/12). Cuitan ini menjadi heboh setelah banyak netizen yang ramai membalas cuitan Nadin dengan nada kritik. "Kalau mental kamu ga stabil, yok semangat berobat ke psikiater atau psikolog! Biar followers kamu yg sedang ada di fase yg sama aware, bahwa pertolongan itu ada. Kejiwaan yang tidak stabil jangan dibiarkan atau dipuitisasi ya takutnya ada yg mikir, mental ga stabil itu estetik,"tulis akun @runofwords. Tak sampai disitu, Nadin pun membalas cuitan tersebut dengan nada sinis "Ni gara2 semua yg gue lakuin dibilang estetik giliran gue ngetweet ttg mental gue juga dianggepnya i use it for aesthetic. udah kali wey, gue bukan ibu peri.Kalian yg panggil gue itu dan kalian sendiri yg kesel dan kecewa saat gue ga berlaku sebagaimana kalian mau,"
Cuitan-cuitan dari Nadin Hamizah tersebut merupakan contoh kecil dari banyaknya influencer serta publikfigur yang selalu mengkampanyekan kesehatan mental yang berujung anti kritik dan membangun stigma dikalangan remaja bahwa orang-orang yang sadardengan kesehatan mental adalah orang-orang yang memiliki standar sosial tersendiri dan cenderung anti kritik. Padahal, esensi sebenarnya dari campaign kesehatan mental itu adalah mengenal diri kita serta menggali potensi yang ada sehingga bermanfaat bagi diri kita sendiri dan masyarakat sekitar.
Dengan berkembangnya kesadaran akan kesehatan mental tadi membuat sebagian orang lupa untuk mawas diri. Mereka beranggapan bahwa nasehat-nasehat yang diberikan oleh orang lain itu hanya ocehan belaka. Mereka selalu berdalih "Ini kan hidup aku, aku yang jalanin". Hal tersebut menyebabkan kejumawaan dalam diri mereka dan lupa bahwa mereka hanyalah manusia biasa yang perlu kritikan dan masukan dari orang lain.
Komentar
Kirim Komentar