Kiamat ‘Masih’ Jauh
Ika Sri Sulfiana
Kiamat sudah dekat. Bumi akan hancur. Gunung-gunung yang menjadi pasaknya akan runtuh. Langit pun terbelah dan menjadi merah mawar seperti kilapan minyak. Mungkin itu yang sering kita dengar di ceramah-ceramah agama, baik di masjid-masjid maupun di media komunikasi. Barangkali benar maksud penceramah agar kita segera berbenah diri dan kembali ke jalan yang lurus. Terlebih kejahatan kemanusiaan kian merajalela di muka bumi.
Terlepas dari perspektif agama, agaknya pernyataan itu muncul melihat semakin maraknya kerusakan bumi akibat ulah tangan manusia. Misalnya tentang fenomena global warming (pemanasan global) yang populer dibicarakan saat ini. Pemanasan global terjadi akibat pantulan cahaya panas matahari yang terperangkap oleh gas-gas senyawa chlorofluorocarbon (CFC). CFC dihasilkan oleh pabrik-pabrik serta emisi (gas buang) kendaraan. Keadaan ini diperparah dengan keadaan lapisan ozon (O3) yang mulai berlubang di sana sini akibat penggunaan gas freon (CF2Cl2) pada air conditioner (AC), pemakaian parfum, serta tumpukan sampah yang tidak ditangani dengan baik.
Menilik isu-isu yang tengah berkembang di masyarakat tersebut, banyak spekulasi yang muncul mengenai kapan pastinya kehidupan di bumi akan musnah. Akhir-akhir ini, sebuah penelitian luar angkasa turut mengundang kekhawatiran bagi kelangsungan kehidupan umat manusia. Diperkirakan berbagai ancaman serangan benda-benda angkasa seperti komet dan asteroid akan membawa kehancuran fatal bagi bumi.
Akar kekhawatiran ini adalah jatuhnya sebuah meteor yang memusnahkan spesies Dinosaurus pada 65 juta tahun lalu. Sekarang, ramalan yang hampir sama digambarkan dalam film fiksi ilmiah "2012". Film tersebut diklaim berdasarkan analisis ilmiah. Dalam film tersebut, potensi terbesar kiamat adalah akibat badai matahari. Aktivitas matahari berlangsung secara reguler. Puncaknya kira-kira sekali dalam 11 tahun. Makin dekat ke puncak, badai matahari dapat mengakibatkan gangguan sistem komunikasi satelit. Puncak badai matahari diperkirakan terjadi pada tahun 2012-2014.
Sebenarnya, ramalan ilmiah tentang waktu terjadi kiamat telah ada sejak dulu. Pada 1881, seorang astronom melalui analisis spektral menemukan bahwa buntut Komet Halley yang akan melintas pada 1910 tepat di garis orbit bumi, mengandung gas berbahaya bernama cyanogen (sianida). Gas ini dikabarkan dapat menyebabkan kematian seluruh makhluk bumi sehingga dapat memusnahkan peradaban manusia. Ternyata, komet Halley hanya melewati bumi dan tidak ada seorang pun yang mati karena menghirup gas berbahaya itu.
Meski ramalan kiamat yang berkali-kali pernah diprediksi pun tak kunjung terjadi, agaknya hal ini mampu menyedot kepanikan masyarakat dunia. Sekelompok orang bahkan berhenti bekerja dan menyiapkan tabungan untuk biaya hidup sampai 2012 mendatang. Bahkan pernah ada bunuh diri massal yang dilakukan sekelompok pengikut aliran yang percaya pada ramalan itu. Bukan tidak mungkin tindakan sesat itu bakal terulang kembali akibat ramalan kali ini.
Dari spekulasi-spekulasi di atas, tampaknya manusia membayangkan potensi kehancuran kiamat hanya terjadi pada bumi. Padahal, dalam teori Big Bang yang saat ini banyak dianut dunia ilmu pengetahuan, kiamat juga bisa terjadi dengan hancurnya alam semesta. Teori ini menjelaskan alam semesta berawal dari satu titik (massa) tunggal yang diciptakan bersama dimensi ruang dan waktu. Massa tunggal yang bervolume nol dengan kepadatan tak hingga tersebut, 14 miliar tahun lalu meledak dengan kekuatan mahadahsyat hingga membentuk keluarga galaksi yang berjumlah sekitar 266.000.
Alam semesta ternyata terus mengembang. Edwin Hubble, ahli astronomi Amerika, pada 1929 membuat salah satu penemuan terbesar di sepanjang sejarah astronomi. Di observatorium Mount Wilson California, Hubble mengamati bintang-bintang dengan teleskop raksasa. Bintang-bintang itu memancarkan cahaya merah sesuai dengan jaraknya. Sesuai hukum fisika, spektrum dari sumber cahaya yang sedang bergerak mendekati pengamat cenderung ke warna ungu, sedangkan yang menjauh cenderung ke warna merah. Hal ini berarti bahwa bintang-bintang ini "bergerak menjauhi" kita. Apa yang ditemukan Hubble secara langsung mendukung Teori Big Bang.
Dari penelitian pada 1998, ditemukan bahwa alam semesta mengembang dengan kecepatan relatif makin besar. Penelitian lain menyebutkan, alam semesta yang telah berusia 13,7 miliar tahun masih memiliki energi untuk hidup miliaran tahun lagi. Sedangkan menjawab isu kiamat 2012, berdasarkan penelitian NASA, tak ada yang spesial dengan isu tersebut. Diperkirakan yang akan terjadi saat itu sama dengan fenomena serupa yang pernah terjadi dalam sejarah.
Kehancuran alam semesta masih belum dan tak akan bisa dipastikan. Beranjak dari logika setiap yang berawal pasti akan berakhir, begitu pula dengan alam semesta. Jika setiap makhluk bersifat fana, maka alam semesta pun akan mengalami kehancuran. Benda-benda langit yang masih bergerak saling menjauh, suatu saat akan bergerak saling mendekat jika semesta sudah mencapai titik akhirnya. Itulah saat di mana alam semesta berhenti mengembang dan mulai mengkerut. Ketika semesta memasuki proses mengkerut maka proses kehancuran dimulai. Benda-benda langit akan saling bertubrukan seiring lenyapnya dimensi ruang dan waktu.
Sebaiknya kita tak perlu mencemaskan desas-desus tersebut. Kita juga tak perlu menunggu hingga MUI mengeluarkan fatwa haram untuk meredam isu-isu tersebut. Namun, justru kitalah yang harus bertindak lebih dulu. Mahasiswa sebagai social controller mesti menganalisa setiap informasi yang datang sebelum benar-benar menyerapnya. Mereka harus mampu menjawab isu tersebut secara sains dipandu oleh agama kepada masyarakat. Untuk itu, sangat baik bila di antara mahasiswa mengadakan forum khusus sains.
Solusi sebenarnya ada pada diri kita sendiri. Jika kerusakan bumi kini mulai tampak, maka tindakan yang bisa kita lakukan adalah menjaga lingkungan, minimal mengurangi kerusakan tersebut. Misal, dengan mengurangi emisi kendaraan, mengurangi intensitas merokok, melakukan reboisasi, dan sebagainya. Bukankah untuk melakukan perubahan dimulai dari hal kecil?
Barangkali benar kata ilmuwan terbesar abad ke-20, Albert Einstein, satu-satunya yang pasti adalah ketidakpastian. Maka alangkah naifnya kita, sebagai manusia yang diberi pengetahuan terbatas, mendahului ketetapan Sang Pencipta.
Penulis adalah Mahasiswa Jurusan Kimia BP 2008
Komentar
Kirim Komentar