• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Hubungi Kami
  • Facebook
  • Twitter
  • RSS
Ganto.co

, WIB
  • Home
  • Berita
  • Info Kampus
  • Sastra & Budaya
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
    • Catatan Budaya
  • Ganto TV
  • Ganto Foto
  • Artikel
  • E-Paper
Buka Minangkabau Halal Festival, Wapres RI: Tingkatkan Literasi dan Pangsa Pasar Ekonomi

Buka Minangkabau Halal Festival, Wapres RI: Tingkatkan Literasi dan Pangsa Pasar Ekonomi

UNP Selenggarakan Upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78

UNP Selenggarakan Upacara Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-78

Berita Terbaru

  • 30-09-2023BEM FEB Adakan Kajian Rutin, Berdedikasi Untuk...
  • 30-09-2023September hitam, Harap Berikan Refleksi Kepada...
  • 30-09-2023FKPWI FBS UNP Adakan Kegiatan SPOTIFY
  • 29-09-2023Panggung Rakyat Kembali Digelar, Merawat Ingat...

Kategori

  • Laporan 2 Edisi 218
  • Laporan 1 Edisi 218
  • Universitas Negeri Padang
  • PPG SM3T
  • Bimbingan dan Konseling
Pembelajaran Seni Bagi Synesthete Sekolah Dasar

Pembelajaran Seni Bagi Synesthete Sekolah Dasar

Pemikiran Kritis dalam Krisis:  ChatGPT Membantu atau Menghambat?

Pemikiran Kritis dalam Krisis: ChatGPT Membantu atau Menghambat?

Artikel Terbaru

  • 24-09-2023Anomali
  • 24-09-2023Budaya FoMO dan Keseruan Mengklaim Diri Sebagai...
  • 17-09-2023Merajut Empat Kompetensi Guru Melalui Kegiatan...
  • 17-09-2023Setengah Abad Kasus Pembunuhan Berantai tanpa...

Kategori

  • Politik
  • Pendidikan
  • Agama
  • Umum
  • Home
  • Artikel
  • Pendidikan

Saatnya Melakukan Revolusi Pendidikan Indonesia

22-03-2015, 23:47 WIB

Pendidikan

5287 0
Oleh:

Rino, S.Pd, M.Pd, M.M.

Tidak semua orang akan setuju dengan ide revolusi pendidikan, pun tidak sedikit juga yang menginginkan ide revolusi untuk segera digulirkan terutama kalangan ilmuan, praktisi pendidikan, serta mereka yang peduli dan memiliki keprihatinan yang tinggi. Suramnya dunia pendidikan telah menjadi tema-tema yang umum dibahas dalam berbagai acara berupa seminar, lokakarya, diskusi nasional maupun daerah dengan publikasi yang luas oleh media, baik cetak maupun elektronik. Bahkan, terkadang menjadi berita yang sensasional dan menempati headline pada beberapa media.

Human Development Indeks (HDI), tawuran pelajar, perbuatan asusila, korupsi dana pendidikan, jatuhnya nilai UAN siswa, nepotisme pendidikan, jual beli gelar, anggaran pendidikan, dan mungkin masih banyak lagi topik menarik lainnya yang dibicarakan sebagai hasil temuan yang diramu dari berbagai referensi. Ironisnya tema-tema kesuksesan pendidikan sepertinya tidak mendapat tempat pada acara itu. Keberhasilan putra/putri Indonesia yang telah mengharumkan nama bangsa di beberapa event olahraga, seni, dan sains, kurang mendapat porsi pemberitaan yang besar oleh media dan tidak begitu menarik untuk dijadikan bahasan dalam seminar. Mereka yang telah berjuang dan mendapat award sepertinya hanya dianggap sebagai peristiwa biasa saja. Sehingga tidak sedikit di antara mereka yang mencoba pindah kewarganegaraan untuk sebuah prestasi, harapan, serta cita-cita besarnya.

Mungkin kita akan sepakat mengatakan bahwa ini tidak adil, bahwa kegagalan sering diekspos sebagai berita besar, sementara keberhasilan tidak mendapat hal yang sama. Sorotan tajam dari berbagai pihak yang berkepentingan dialamatkan kepada sebuah kegagalan. Bermacam opini dimunculkan dari sudut pandang dan responden yang berbeda. Yang dimintai komentar akan berbicara sesuai dengan kapasitas keilmuan dan kepentingannya. Ketika keberhasilan dan prestasi diukir, komentar masyarakat sepertinya bernada sama dan tidak ingin terlalu jauh mengomentari hingga kepada sebuah pandangan analitis, cukup sampai di sana saja.

Ada beberapa kondisi objektif yang perlu mendapat perhatian serius. Pertama, mutu tenaga pendidikan. IKIP/LPTK adalah institusi yang memiliki otorisasi mencetak tenaga kependidikan di Indonesia, baik negeri maupun swasta. Akan tetapi persolan mendasar adalah kualitas dan kompetensi lulusannya untuk menjadi seorang guru yang profesional banyak menuai kritikan dari dalam maupun luar institusi ini. Hasil penelitian LPTK se-Indonesia dalam laporannya pada musyawarah nasional di Bandung tahun 1994 menyatakan bahwa selama hampir dua dasawarsa ini yang memilih masuk IKIP/LPTK bukan lulusan yang termasuk top ten di sekolahnya. Dengan perbedaan skor yang sangat signifikan antarpelamar, berarti pendidikan anak bangsa diserahkan kepada mereka yang tidak terlalu istimewa, sehingga output yang dilahirkan tentunya tidak seideal yang diinginkan oleh IKIP/LPTK.

Kedua, komitmen pemerintah. Sampai hari ini kita masih menaruh harapan besar dengan anggaran pendidikan yang diamanatkan konstitusi sebesar 20% dari APBN. Tentunya banyak hal yang dapat dilakukan dengan anggaran yang besar itu. Pendidikan gratis, dana Bantuan Operasional Sekolah, Kurikulum Berbasis Kompetensi, komite sekolah, dan bangunan sekolah yang representatif, serta sarana dan prasarana yang mendukung, dalam tataran konsep kebijakan itu perlu didukung dengan harapan dan tentunya sesuai dengan kenyataan. Akan tetapi pengejawantahan di lapangan adalah kebijakan yang belum dilakasanakan sesuai dengan amanat konstitusi. Anggaran pendidikan yang 20% sangat sulit diupayakan oleh pemerintah dengan berbagai alasan.

Ketiga penataan sistem pendidikan. Sistem pendidikan hari ini masih jauh dari sempurna. Seharusnya pemerintah segera merumuskan kembali arah pembangunan manusia Indonesia dengan mengundang seluruh cendekiawan dan orang-orang terbaik di negeri ini untuk duduk bersama membicarakan persoalan yang amat mendasar ini. Sistem pendidikan setiap negara tidak sama dan sangat dipengaruhi oleh kulturnya, Indonesia adalah negara timur yang memiliki tingkat pluralisme yang tinggi, sistem pendidikan nasional harus menjadikan kultur timur sebagai akarnya. Akan tetapi tidak perlu memperbesarkan antagonisme barat. Bagi Natsir konsep pendidikan yang unggul itu adalah konsep pendidikan yang tidak parsial sangat universal yang mengadopsi segala keunggulan dari budaya barat dan mengolaborasikan dengan khasanah sebagai orang timur. Sistem pendidikan barat yang bersifat efficiency tidak boleh ditolak mentah-mentah kalau hanya dari kebaratannya. Paradigma pendidikan sebagai agen perubah dan modernisasi perlu dicamkan, sementara paradigma lama pendidikan sebagai pengawet kebudayaan perlu dikaji ulang dalam peniatannya. Sehingga, akan lahir pendidikan dengan sistem handal yang mengakar serta memiliki paradigama baru. Oleh karena itu, penataan sistem pendidikan harus dilakukan seluas-luasnya.

Keempat kontribusi perguruan tinggi dan kaum intelektualnya. Seberapa besar kontribusi perguruan tinggi terhadap pendidikan hari ini? Tentunya ini sangat menarik untuk dibahas. Selama ini perguruan tinggi non-IKIP/LPTK, sepertinya hanya disiapkan mengisi formasi tenaga kerja di luar sektor nonedukatif. Alangkah lebih baik pendidikan juga dipikirkan oleh perguruan tinggi non-IKIP/LPTK sehingga formasi guru dan tenaga edukatif juga menjadi kewajiban bersama. Harus diakui peran perguruan tinggi dalam meningkatkan daya saing bangsa masih jauh dari harapan. Kontribusi kaum intelektual dalam membangun bangsa belum optimal. Di samping itu, fenomena menarik adalah banyak kaum intelektual yang beraktivitas di luar kampus, seperti pengusaha, politisi, birokrat, dan selebritis. Menurut Frans Magnis Susesno, hal itu tidak masalah. Namun, kaum inteletual tidak lantas berkhianat dengan membuat keputusan atau mengambil kebijakan yang bertentangan dengan keintelektualannya.

Kelima, politisasi pendidikan. Penetapan arah kebijakan serta rencana strategi pendidikan nasional hendaknya diupayakan secara maksimal, berkelanjutan, sinergis, menyeluruh, dan terukur. Tidak harus ada perubahan kebijakan mendasar ketika terjadi suksesi kepemimpinan nasional. Kalaulah setiap pergantian kepemimpinan nasional terjadi perubahan kebijakan pendidikan tentunya akan berangkat dari nol kembali. Sementara itu kebijakan pendahulu masih relevan. Jika seperti itu, terjadilah kebijakan tambal sulam. Tindakan politisasi kebijakan yang berkaitan dengan pendidikan untuk kepentingan kelompok tertentu merupakan salah satu penyebab terhambatnya perkembangan kualitas pendidikan bangsa. Sektor pendidikan harus dijalankan terbebas dari tendensi politik dan secara independen harus diberikan otorisasi yang luas.

Penulis adalah staf pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang

Tags:

~

Rating

  • 5287views
  • 0comments

Subscribe

Subscribe to comments

recommend to friends

Iklan

Artikel Terkait

Internet: Tantangan Guru Masa Kini

Pendidikan

Internet: Tantangan Guru Masa Kini

04-12-2014

6499
Generasi (Tanpa) Sejarah

Pendidikan

Generasi (Tanpa) Sejarah

06-11-2014

5081
Pendidikan Berbatas Waktu (?)

Pendidikan

Pendidikan Berbatas Waktu (?)

25-09-2014

5263
Politik Pendidikan Indonesia (?)

Pendidikan

Politik Pendidikan Indonesia (?)

21-07-2014

2482

Komentar

Kirim Komentar

Kirim Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Nama*

E-mail*

Komentar

Kode

11 234 Subscribers
781 Followers
341 Subscribers

Berita Terpopuler

Ganto TV

Lihat semua video

Rangkuman Aksi Tolak Kenaikan BBM Ganto TV

20-09-2022

  • 15
  • 1140

Galeri Foto

Lihat semua foto
Pelaksanaan Kegiatan Jalan Sehat Merdeka Belajar UNP di Hari Pendidikan Nasional

Pelaksanaan Kegiatan Jalan Sehat Merdeka Belajar UNP di Hari Pendidikan Nasional

15-05-2023

  • 0
  • 0
DimensiTekno old

Langganan Berita

Ganto.co
BACK TO TOP

SKK Ganto UNP

Ganto.co

"Sebuah Koran kampus sudah lama diimpi-impikan di IKIP Padang. Namun, karena keterbatasan, impian itu belum sempat diwujudkan. Sampailah beberapa waktu yang lalu, Rektor IKIP Padang 'menawarkan' suatu kemungkinan buat menerbitkan sebuah Koran kampus. Sudah tentu tawaran itu merupakan surprise. Dan Humas tak melewatkannya begitu saja. pembicaraan-pembicaraan diadakan. Rencana-rencana disusun. Sudah tentu, menerbitkan Koran tak semudah membacanya. Maka hari ini, dengan segala kekurangannya,...

Get it on Google Play

Profil

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Hubungi Kami

Menu

  • Home
  • Berita
  • Info Kampus
  • Sastra Budaya
  • Ganto TV
  • Ganto Foto
  • Artikel
  • E-Paper

Kontak

Hubungi kami di masing-masing divisi di bawah ini :

Alamat
Gedung Student Center Universitas Negeri Padang Lantai 2, Jln. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode Pos 25131

Email: redaksiganto@gmail.com

Website : http://ganto.co

  • Bagian Umum

Nomor Hp 082268494336 (Ramadhano) / 085274535244 (Vita)

  • Bagian Redaksi

Nomor Hp 085271593416 (Rizka) / 082268926372 (Anggi)

  • Humas dan Sirkulasi

Nomor Hp 082386293640 (Dwi Ningsih)

  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Hubungi Kami
  • Facebook
  • Twitter
  • RSS

© 2017 Ganto.co - Ilmu Amaliah, Amal Ilmiah. All rights reserved.

Close

Enter the site

Login

Password

Remember me

Forgot password?

Login

SIGN IN AS A USER

Use your account on the social network Facebook, to create a profile on Ganto.co