Lupa
27-11-2010, 04:54 WIB
Rara Sandhy Winanda
Terkadang proses hidup membuat kenyataan demi kenyataan bergulir tanpa disadari. Dalam memasuki fase-fase baru, manusia sering kali lupa dengan siapa dia sebelumnya. Cenderung sibuk menyesuaikan diri dengan keadaan baru dan melupakan masa lalu.
Ketika kesuksesan tiba, seorang pengusaha lupa pada guru Sekolah Dasar (SD)nya, lupa dengan sejarah hidupnya yang mungkin penuh derita. Yang jika ia ingat itu, ia akan tawadhu dengan kesuksesannya. Bukan malah congkak.
Seringkali manusia tak bijak dengan masa lalunya. Sehingga sebuah kesalahan atau kebodohan di masa lampau ditutup rapat-rapat, seakan tak pernah ada. Klisenya, membuka lembaran baru dengan orang-orang baru, lingkungan baru dan menjadi seseorang yang baru. Membohongi fakta, atau lebih tepatnya melupakan fakta yang kelam.
Contohnya saja, ketika digembor-gemborkan isu modernitas dan globalisasi, tak sedikit masyarakat yang lupa pada budaya mereka. Budaya yang menjadi akar ketimuran Indonesia, akhirnya harus banyak tersingkir karena pemiliknya lupa. Entah, apakah ini memang lupa karena proses waktu atau sengaja dilupakan saja?
Mari sejenak melihat bangsa Jepang. Sekarang Jepang adalah negara maju, negara timur yang disegani di tingkat internasional. Bagaimana mereka melihat masa lalunya yang kelam?
Orang-orang Jepang memanggil kembali gundik-gundiknya saat mereka menjajah Indonesia dulu. Mereka diperlakukan secara layak di Jepang. Mereka dimintai untuk mengisi seminar-seminar dan sebagai pemateri dalam pembelajaran sejarah. Tanpa menutup-nutupi bagaimana kejamnya perlakuan kolonial Jepang di Indonesia pada para generasi mudanya. Bukannya mengingat sejarah masa lalu ini membuat mereka malu, namun mereka mendapat acungan jempol lambang kesalutan. Betapa mereka sportif terhadap sejarah. Sejarah buruk sekalipun.
Bangsa Jepang pernah mempunyai masa lalu kelam dengan menjadi penjajah bangsa timur lainnya dengan cara yang kejam. Setelah mereka semakin maju, mereka tidak larut dalam euforia kemenangan saja. Mereka kembali membuka lembaran sejarah masa lalu yang kelam, dengan mengakui kesalahan pada orang-orang Indonesia saat itu.
Namun banyak sudah sejarah di Indonesia yang direkayasa. Berkata terus maju dengan melupakan masa lalu beserta orang-orang yang pernah mengisi masa lalu. Jutru gagallah jika kita melupakan sejarah. Akan banyak kesalahan yang akan terulang jika tak direfleksi. Seperti yang pernah diungkapkan singa podium kita, "Jas Merah", jangan sekali-kali melupakan sejarah. Melupakan masa lalu.
*Mahasiswa Matematika UNP
Komentar
Kirim Komentar