Tak Ada Kata Menyerah untuk Sebuah Kebaikan
Novarina Tamril
Judul : Sokola Rimba
Penulis : Butet Manurung
Penerbit : Kompas Media Nusantara
Tahun terbit : Kedua, Oktober 2013
Tebal : 348 hlm
Jengong mikay usik-usik adat kami!
Begitulah bentak seorang nenek pada Butet Manurung ketika ia hendak mengajar di rimba Bukit Dua Belas, Jambi. Orang Rimba sangat menjunjung tinggi adat dan kebudayaan yang telah diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi. Meski beberapa di antara kebiasaan-kebiasaan itu tak selalu mampu menembus zaman, namun mereka sangat selektif dengan pengaruh yang datang dari luar.
Butet merupakan seorang fasilitator pendidikan di WARSI, sebuah LSM yang bergerak dalam dalam bidang konservasi sumber daya alam dan pengembangan masyarakat. Dari LSM inilah akhirnya Butet bertemu dengan orang rimba. Setelah pertemuan itu, Butet merasa pendidikan sangat dibutuhkan oleh anak-anak rimba yang semakin terdesak oleh pengaruh dari luar.
Namun usaha Butet untuk memberikan pendidikan tidak disambut baik oleh orang rimba. Niat Butet untuk memberikan pendidikan ditolak mentah-mentah. Butet bahkan diusir berkali-kali karena dikira membawa penyakit yang membuat Temenggung (kepala suku) meninggal berkat ajaran baca-tulis yang dibawanya. Selain itu, tetua adat orang rimba juga curiga jika kedatangan Butet akan merubah adat mereka nantinya.
Meski selalu mendapatkan penolakan, niat Butet untuk memberikan pendidikan kepada anak rimba tak pernah surut. Ia tetap mencoba membaur dan mengikuti keseharian orang rimba. Berpindah dari satu rombong (kelompok orang rimba) ke rombong lain. Usaha keras Butet pun akhirnya mulai menemukan hasil. Anak-anak rimba perlahan-lahan mulai takjub padanya dan meminta untuk diberikan sekolah.
Melalui catatan hariannya, Butet berusaha menggali sisi terdalam manusia. Memandang dari sudut pandang Orang Rimba, bahwa sesungguhnya mereka akan baik-baik saja tanpa ada campur tangan dari luar. Pada dasarnya mereka memiliki semua yang mereka butuhkan meski tanpa ‘bantuan’ dari pemerintah seperti pembajuan atau program Pemukiman Kembali Masyarakat Terasing (PKMT) yang menempatkan mereka pada rumah petak. Buku ini menyentil kita yang seolah-olah masa bodoh bahkan membuat kehidupan mereka semakin terdesak dengan berbagai macam kegiatan seperti illegal logging, program transmigrasi, bahkan misionaris dengan pengislaman atau pengkristenan. Melalui pendidikan yang diperjuangkan Butet, tersirat asa bahwa bagaimanapun kehidupan mereka nantinya adalah kehidupan yang mereka pilih.
Komentar
Kirim Komentar