Wabah Budaya Global
Juliana Murti
Manusia tidak akan hidup tanpa ada kebudayaan, karena manusia hidup dalam lingkar budaya itu sendiri. Sekarang tinggal bagaimana cara Anda dalam mempertahankan keaslian budaya tersebut.
Masyarakat tidak dapat dipisahkan dari manusia. Begitu juga sebaliknya. Seseorang yang tidak pernah hidup bermasyarakat, tidak dapat menunaikan bakat-bakat kemanusiaannya yaitu mencapai kebudayaan. Dengan kata lain, dimana orang hidup bermasyarakat, pasti disana akan timbul kebudayaan.
Sehingga dapat didefenisikan, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil budi dan gagasan manusia dari proses belajar untuk mencapai kesejahteraan hidup.Dengan kata lain, manusia tidak akan hidup tanpa adanya kebudayaan, karena manusia hidup dalam lingkaran budaya itu sendiri.
Namun, akhir-akhir ini sering terdengar bahwa kebudayaan lokal (Indonesia) sangat rentan dipengaruhi oleh masuknya budaya global. Sebagian masyarakat beranggapan masuknya budaya global akan merubah kebudayaan Indonesia menjadi kebudayaan asing yang serba instan. Sedangkan sebagian dari mereka sangat menikmati masuknya budaya global ini.
Banyak diantara masyarakat menganggap perubahan kebudayaan merupakan suatu yang lumrah, suatu proses yang harus dijalani dan dipahami. Sehingga memaksa masyarakat mau tidak mau dihadapkan pada situasi yang sulit antara menerima perubahan kebudayaanatau menolak perubahan tersebut.Hal ini mungkin disebabkan karena tidak ingin dianggap lokal, primitif, tradisonal, ataupun konvesional.
Apabila kita berbicara mengenai perubahan, tentulahdilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas hidup, kebudayaan, dan kesempurnaan hidup masyarakat. Walaupun pada akhirnya, suatu perubahan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan dampak negatif bagi kebudayaan itu sendiri. Contohnya gaya bicara, berpakaian, bersikap, dan bertingkah laku masyarakat Indonesia yang akan mengalami perubahan akibat pengaruh budaya global.
Gaya hidup budaya globalidentik dengan gaya hidup orang Barat khususnya Amerika. Restoran cepat saji dengan sistem waralaba seperti Kentucky Fried Chiken, Dunkin Donats, McDonald, terdapat dimana-mana. Begitu pula dengan jenis dan model pakaian serta ragam bentuk hiburan dengan mode atau merek luar negeri, tidak ada bedanya dengan yang biasa dipakai dan ditonton masyarakat di negara-negara maju (Purnama Bahtiar, Dosen FAI UMY).
Hal inilah yang patut diprihatinkan pada budaya sekarang. Terkadang cara berpakaian masyarakat global tidak sesuai dengan budaya Indonesia. Selain itu, cara makan masyarakat sekarang yang lebih suka mengkonsumsi (membeli) makanan yang serba instan, tanpa ada upaya untuk membuatnya, akan melemahkan bahkan melumpuhkan kreatifitas masyarakat lokal. Alhasil, generasi yang muncul berikutnya adalah generasi mandul kreativitas.
Sesungguhnya, dibalik dampak negatif budaya global ini juga tersimpan dampak positifnya. Dengan adanya budaya global kita tidak akan tertinggal jauh dari negara maju lainnya, seperti dibidang teknologi komunikasi dan informasi.
Tetapi mengapa efek yang muncul lebih mendominasi dampak negatif? Itulah yang akan menjadi PR penerus Indonesia untuk selanjutnya. Adakah kita berupaya memajukan kebudayaan sendiri? Atau malah membiarkan budaya kita terlindas oleh masuknya pengaruh budaya global? Dan sejauh manakah pengakuan terhadap budaya sendiri?
Penting untuk kita memaknai apa sebenarnya budaya. Sebagian tidak menginginkan perubahan dalam kelokalan budayanya. Tanpa disadari tindakan yang dilakukan dengan sendirinya telah merubah keaslian kebudayaan. Justru dengan begitu, kita dapat memaknai bahwa perubahan itu akan senantiasa terjadi, dan tanpa disadari akan meresapi diri dan masuk ke dalam pola perilaku dan tindakan. Tinggal kita saja yang lebih memilih kebijakan yang mana. Mungkin dengan menyaring setiap budaya yang masuk dapat mempertahankan keaslian dari sebuah kebudayaan yang telah lama ada.
Komentar
Kirim Komentar