Humor dan Tragedi
Wici Elvinda Ramadhanti
Judul : Murjangkung
Penulis : A.S. Laksana
Penerbit : Gagas media
Tahun terbit : 2013
Tebal : 214 halaman
Keberhasilan adalah sesuatu yang menular. Begitu juga pikiran gelap dan kemurungan. Orang-orang yang berhasil biasanya adalah mereka yang menjalani hidup dengan gairah yang tak padam-padam. Dan gairah itulah yang kita serap ketika kita berada di lingkungan orang-orang sukses.
Siapa yang tidak kenal A.S Laksana? Buku pertama yang ia tulis, yakni Bidadari yang Mengembara, berhasil memukau Majalah Tempo sehingga terpilih sebagai buku sastra terbaik pada tahun 2004. Kali ini, ia kembali menciptakan karakter baru melalui Murjangkung; Cinta yang Dungu dan Hantu-Hantu. Kumpulan cerpen berisikan dua puluh fiksi penuh rangkaian imajinasi.
"Karena gairahku sedang menyala pada kegaduhan politik, benakku memoles pertanyaan tahun 1960 itu menjadi, "Apakah kepak sebelah bibir Jakarta menyebabkan banjir besar di Semarang, membawa kelaparan di Kupang, dan melongsorkan gunung sampah di Jawa Barat?"
Seperti itulah A.S. Laksana memiliki bahasa biasa-yang tak biasa pada buku kumpulan cerita pendek (cerpen) Marjangkungnya. Dengan bahasa yang ringan dan mudah dilumat dalam pikiran para pembaca, A.S Laksana mungkin ingin membuktikan, bahwa sebuah karya sastra bukan hanya masalah bahasa metafora yang njelimet dan berlebihan, tapi sastra yang ada di dalam Murjangkung adalah kesederhanaan yang bermakna.
Dari beberapa cerpen yang disuguhkan di dalamnya, ia mengkaitkan peristiwa dan tragedi di masa silam, "Dan, karena perkawananku dekat dengan Alit, aku jadi teringat juga pada sebuah peristiwa lima tahun yang lalu. Ketika jam dua dini, Alit semboyongan keluar dari tempat minum yang baru pertama kali dikunjunginya. Dua jam kemudian, ayahnya meninggal di sebuah rumah kontrakan empat ratus kilometer jauhnya dari kamar kontrakan Alit."
Melalui Murjangkung, dia menyibak peristiwa-peristiwa masa lampau yang memberikan pesan-pesan moral bagi kehidupan sekarang. Tak luput, penulis juga memperhatikan hal detail, mengenai betapa ia menciptakan "kedekatan" dengan pembaca, sehingga A.S Laksana mengisahkan cerita dengan menjadikan kata aku sebagai perantara orang pertama. Hal ini terbukti membuat pembaca lebih menjiwai apa yang ingin dihidupkan penulis dalam karyanya.
"Kau tidak akan bisa memikat orang lain jika tidak ada apa pun dari penampilanmu yang bisa diingat orang. Orang-orang hanya akan memandangmu ketika kau berbeda dari orang-orang lain yang sebagian besar biasa-biasa saja." ( Delapan Tokoh Eksentrik hal. 93). Begitulah yang dilakukan oleh A.S. Laksana dia mewarnai cerpen-cerpennya dengan hal yang berbeda. Kepiawaian dan kemahirannya sebagai pendongeng berhasil meramu antara humor dan tragedi.
Melalui buku kumpulan cerpen Marjangkung cinta yang dungu dan hantu ini, A.S. Laksana menebar banyak imajinasi yang luar biasa. Dimana dia akhirnya mampu membuat para pembaca terheran-heran dan berpikir kembali saat membaca setiap cerpen yang disajikannya. Dia menceritakan kisah yang sangat sederhana, tetapi bisa menjadi renungan untuk kita bersama. Dia berusaha mempertemukan antara pembaca dan cerita yang disampaikannya dengan sastra yang indah.
Komentar
Kirim Komentar