Hutang yang tak Sengaja dibayar
Elvia Mawarni
Judul : Wartawan Jadi Pendeta
Penulis : Putu Setia
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia
Cetakan : Mei 2013
Tebal : ix + 403 halaman
Hidup terkadang seperti pegas. Ketika tekanan yang diberikan semakin kuat, maka energi yang ditimbulkan untuk meloncat lebih tinggi juga semakin besar.
Hidup dalam himpitan ekonomi seringkali membuat seseorang harus melupakan keberaniannya menyusun mimpi-mimpi. "Uang memang bukan segala-galanya, namun segala-galanya butuh uang". Begitulah kira-kira pameo yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga bukan tidak mungkin jika orang tua pun tidak berani berharap banyak akan kesuksesan anak-anaknya kelak.
Adalah Putu Setia, anak petani miskin yang selama bertahun-tahun keluarganya hidup dalam lilitan hutang. Makan seadanya. Sekolah adik-adik tak beres. Bahkan Sang Ibu pernah menggadaikan pakaian untuk membeli makanan.
Namun Putu memilih egois untuk memperjuangkan pendidikannya hingga tingkat yang lebih tinggi. Ia tahu sang Ibu telah sangat kesulitan. Namun dengan melakoni sebagai seorang Pembantu Rumah Tangga sudah cukup bagi Putu untuk berbagi beban dengan Ibu. Ia tetap meneruskan hidup yang tak akan berhenti sampai disitu. Ia percaya Tuhan selalu membalas kebaikan untuk setiap usaha kerasnya. Putu yang sempat mengenyam pendidikan hingga kelas 2 STM, mendapat tempat terhormat di mata masyarakat. Karena pada masa itu dibanding masyarakat di kampungnya, level pendidikan Putu sudah sangat tinggi.
Akhirnya teori pegas benar-benar berlaku dalam kehidupan Putu Setia. Beban-beban berat yang dihimpitkan kepadanya selama ini Ia jadikan latihan untuk dapat meloncat lebih tinggi. Satu hal yang tak disangka-sangka, ketika ia dipanggil sebagai wartawan di majalah Tempo tanpa pernah melamar. Dari hari ke hari, melalui Tempo, Tuhan memberikan kemakmuran untuknya. Ia memperoleh promosi jabatan dalam waktu yang singkat dan mengalami peningkatan golongan dalam waktu yang relatif cepat. Rasa berhutang Putu pada Tempo dan pada Tuhan menanamkan keyakinan pada dirinya untuk dapat membayar hutang itu pada suatu saat. Ia mendedikasikan diri di Tempo hingga tiba masa pensiun dan ikut menghidupkan kembali Tempo yang pernah dibredel.
Sementara itu, hutang pada Tuhan juga telah ia tunaikan saat ‘menyerahkan’ diri menjadi Pemangku. Di usia 55 tahun, Putu setia yang sebelumnya tidak berniat menjadi Pendeta, akhirnya mengambil keputusan untuk menjadi ‘Tawanan Umat’ itu. Satu puncak lagi yang tersisa diatas Pendeta, yakni Pendeta Nabe yang akan melahirkan pendeta-pendeta baru akhirnya pada tanggal 3 Juli 2012, juga diraih oleh Putu Setia yang sudah berganti nama menjadi Ida Pandita Mpu Jaya Prema Ananda.
Komentar
Kirim Komentar