• Tentang Kami
  • Redaksi
  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Hubungi Kami
  • Facebook
  • Twitter
  • RSS
Ganto.co

, WIB
  • Home
  • Berita
  • Info Kampus
  • Sastra & Budaya
    • Cerpen
    • Puisi
    • Resensi
    • Catatan Budaya
  • Ganto TV
  • Ganto Foto
  • Artikel
  • E-Paper
UNP Bakal Kelola Stadion Utama Sumatra Barat

UNP Bakal Kelola Stadion Utama Sumatra Barat

Usai Revisi Jadwal Wisuda, BEM KM UNP Menyoroti Alasan Penundaan Wisuda Periode 127

Usai Revisi Jadwal Wisuda, BEM KM UNP Menyoroti Alasan Penundaan Wisuda Periode 127

Berita Terbaru

  • 27-06-2022Saraswati Learning Center: Pentingnya Joint...
  • 27-06-2022HIMOTO FT UNP Sukseskan Pelaksanaan Servis Motor...
  • 27-06-2022HIMAFI UNP Adakan Pelatihan Manajemen Organisasi...
  • 26-06-2022Pelantikan PD Asosiasi Bimbingan dan Konseling...

Kategori

  • Laporan 2 Edisi 218
  • Laporan 1 Edisi 218
  • Universitas Negeri Padang
  • PPG SM3T
  • Bimbingan dan Konseling
Menciptakan Komunikasi yang Sehat dalam Keluarga

Menciptakan Komunikasi yang Sehat dalam Keluarga

Pentingnya Pola Asuh untuk Anak yang Memasuki Usia Remaja

Pentingnya Pola Asuh untuk Anak yang Memasuki Usia Remaja

Artikel Terbaru

  • 15-06-2022Pendidikan Pertama dan Selamanya
  • 11-06-2022Nayanika Malioboro
  • 06-06-2022Urgensi Pendidikan Keluarga
  • 23-04-2022Sawah Tempat Sampah Bermuara

Kategori

  • Politik
  • Pendidikan
  • Agama
  • Umum
  • Home
  • Artikel
  • Cerpen

Surat Awan

03-06-2013, 12:48 WIB

Cerpen

1195 0
Oleh:

Sri Endah (Pendidikan Bahasa Indonesia)

Sarjana adalah debu yang berterbangan di jalan. Ber­serakan di setiap pelosok hingga kota. Bahkan terlindas hujan dan panas. Ada yang nekat menjadi perampas. Merampas dengan tangan. Merampas dengan moral. Merampas de­ngan segala kemampuan naluri yang mereka anggap halal.

Seketika awan bergerak, menyibak langit menjadi indah. Perlahan warna biru menyapu bersih keindahan langit. Udara yang bergerak, tidak berwarna, bahkan hanya dapat kurasakan, menyatukan pikiranku dengan masa yang akan datang.

Dari kejauhan, tampak samar keindahan laut. Berada di sebuah gedung dengan ketinggian tiga puluh tiga meter, membantuku menikmati indahnya dunia. Ya, dunia yang semakin hari kurasakan banyak perubahan. Dunia yang sudah tidak perawan lagi.

Tepat waktu siang hari, ketika panas matahari berada vertikal melihat tanah, aku menolehkan pandangan pada sebuah titik. Awan segumpal tinju memanggilku untuk terbang menuju langit. Setelah itu, ia berusaha menarikku agar aku bisa duduk bertengger di atasnya. Kubenamkan dengan pasti pikiran saat ini. Awan itu melepaskan kailnya padaku. Dengan pasti kupegang kail itu. Secara beringsut, ia menarikku hingga semakin dekat. Tarikan itu semakin kencang. Semakin dekat. Ya, kini aku terseret ke dunianya. Aku tengah bersamanya.

"Benarkah kamu seorang mahasiswa?" tanyanya padaku.

Dengan singkat kubalas "Ya".

Ia membalas dengan goncangan. Seketika kurasakan tubuhku berguncang. Kupikir ini gempa, sayangnya tidak.

"Jawablah sekali lagi dengan pasti!" Suara Awan terdengar meninggi.

Aku heran, apakah ada sesuatu yang aneh dari jawabanku. Cepat-cepat kuambil sebuah keputusan.

"Ya! Aku adalah seorang mahasiswa." Kembali tubuhku berguncang. Aku tersentak kaget, kurasakan kali ini aku seperti berada dalam sebuah ayunan.

"Bagus. Jangan tanggung-tanggung bila menjawab. Apa yang membuatmu merenung begitu lama?" tanyanya lagi.

Kali ini kubalas dengan basa-basi, "yah, kau tahu, sekedar menikmati keindahan alam".

Seketika suasana menjadi hening. Awan sepertinya murka padaku. Apakah sebuah kesalahan besar yang menyeretku bertemu dengannya. Ah tidak mungkin, ini hanyalah sebuah klise yang kuno. Entah kenapa awan berubah hampa, keheningan ini terlalu lama, aku harus mencari nya, aku harus mengetahui alasanku diseretnya ke tempat ini. Aku harus memanggilnya.

"Awan…. Awan…! Maaf. Kali ini akan kuikuti semua kemauanmu. Asalkan setelah ini aku kembali ke bumi."

Lagi-lagi aku terhenyak oleh suara Awan yang menggema tepat di gendang telingaku.

"Ha…ha…ha… Dasar mahasiswa. Dengarkan. Aku membawa sebuah surat untukmu."

"Surat? Maksudmu?" tanyaku heran.

"Jangan terlalu memaksa. Kau harus lebih cekatan. Bukankah kau mahasiswa?" wajahnya lebih terlihat seperti menyindir. "Ya, ini sebuah surat yang datang dari masa depan."

"Apa? Tidak masuk akal. Sama sekali tidak realistis!" aku memalingkan pan­dangan keseluruh sudut, semua terlihat begitu putih. Begitu lembut. Apakah aku bermimpi?" ah tidak, aku sadar, aku bahkan tidak tidur.

Cepat-cepat aku tantang lagi awan yang mulai heran menatapku.

" Aku tidak mau mem­ba­canya!".

Awan seketika marah. Ia berputar haluan menjadi geram. Warnanya yang tadi putih bersih, dengan singkat menjadi abu-abu. Bahkan, seperti abu-abu yang sudah tua.

. "Dengar ya mahasiswa! Aku hanya melaksanakan perintah. Dasar kau pemalas! Membaca surat saja tidak mau, bagaimana pula universitas akan memberikanmu gelar sarjana!" bentak Awan padaku.

Aku naik pitam, kali ini kekesalanku memuncak.

"Heh! kau jangan terlalu menggurui. Membaca atau tidaknya, itu bukan urusanmu. Yang jelas, aku tidak mau membaca surat itu! Palingan surat itu isinya sama dengan surat yang datang kepadaku tahun lalu. Apalagi, perintah agar aku harus rajin-rajin kuliah?"

Sepertinya awan kesal dengan ucapanku.

"Mahasiswa, bukankah itu hanya untuk orang-orang yang berpendidikan? Apakah kata makian seperti itu yang selalu kamu tuturkan? Menyedihkan. Aku datang baik-baik. Bahkan, ini adalah sebuah kemuliaan untukmu. Mendapat surat yang tidak semua orang bisa dapatkan."

Pembicaraan itu terhenti.

Aku terdiam mendengar ucapan Awan. Memang, selama menjadi mahasiswa banyak hal tidak baik kulakukan. Aku tidak bersemangat, aku merasa jenuh karena terlalu lama menetaskan gelar sarjana. Bahkan, kadangkala aku mempunyai pemikiran untuk mencabut statusku sebagai mahasiswa. Dengan berat hati, terpaksa kurangkuhkan tangan dan mulai membuka surat tersebut.

"Baiklah. Surat itu akan kubaca sekarang."

Warna Awan kembali menjadi putih. Kuha­rap itu pertanda bahwa ia telah memaafkan­ku.

"Salam sejahtera untuk mahasiswa. Saya sezlalu merindu­kan mahasiswa yang intelektual dan bersemangat. Semoga Anda mendengar sugesti saya. Negeri Kebahagiaan adalah sebuah tempat yang menjanjikan untuk Anda.

Mahasiswa adalah orang yang istimewa. Bahkan, mahasiswa adalah orang yang beruntung. Orang-orang yang bernasib baik, yang mendapat kedudukan lebih tinggi di atas siswa.

Tapi, ada satu hal yang membuat kami mengirimkan surat ini kepada Anda. Negeri bagian kami, dua bulan yang lalu mengirimkan surat. Surat itu datang dari sebuah negeri bagian bernama Pengharapan. Salah seorang warga dari negeri ini benar-benar berusaha dan berjuang agar suratnya kami terima. Karena negeri Pengharapan tidak bisa mendapat rekomendasi secara lansung untuk menemui mahasiswa, maka kamilah yang mendapat wewenang untuk menyampaikannya. Di dalam isi surat itu kami mendapatkan informasi bahwa seorang wanita yang bernama ibu Siti mengharapkan anaknya untuk bekerja di negeri kami.

Beliau sangat antusias dan gigih menemui negeri bagian Pengharapan. Beliau bercerita bahwa ia memiliki seorang anak laki-laki yang sekarang berstatus sebagai mahasiswa. Beliau sangat berharap agar anaknya suatu hari menjadi mahasiswa yang bahagia. Sayangnya, ia melihat anaknya berada di ambang keterpurukan. Harapan ibu Siti adalah: melihat anaknya memakai toga, dan membubuhkan gelar sarjana di namanya.

Demikian surat ini kami sampaikan kepada mahasiswa di seluruh dunia, agar harapan ibu Siti dapat terwujudkan".

Seketika air mata menetes dari kedua mataku. Nama itu, sebuah nama yang tak lagi asing bagiku, nama ibuku, ibu Siti. Aku tidak lagi merasakan massa, ruang angkasa dan tubuhku melebur, perasaan hancur. Aku pasrah, bahwa angkasa akan menjatuhkanku kembali ke bumi. Aku tidak peduli.

Memang, ketika pulang kampung dan berjumpa dengan ibu, aku sempat mengeluh karena sudah tidak sanggup menetaskan gelar sarjana. Di rumah, kadang aku sering bermenung dan menyendiri. Kadang aku malu, mengingat banyak sahabatku yang sudah menetaskan gelar sarjananya. Bahkan ada yang tiga setengah tahun.

"Awan, terima kasih atas suratmu. Ibu Siti adalah ibuku. Aku meng­hancurkan harapannya. Selama ini, aku memang banyak melakukan kesalahan pada ibu."

Awan tersenyum kemudian berkata, "Pulanglah mahasiswa, dan ketika bertemu dengan ibumu berceritalah sejujurnya. Ia pasti paham dengan kegundahanmu." Ia menangkapku, mengembalikan tegak badanku yang dari tadi terhuyung angkasa.

Sekarang aku merasakan keba­hagiaan. Namun, untuk sementara aku ingin memberikan koreksi berharga untuk jiwaku.

"Awan, aku tidak mau pulang sekarang. Biarkan untuk sementara aku tinggal bersamamu. Ketika kegundahan itu telah sirna, aku pasti kembali dan menemui ibu," bujukku pada Awan.

"Baiklah. Tapi, sampaikan juga surat ini kepada mahasiswa yang lain. Agar mereka paham, beban dan tanggung jawab menjadi seorang mahasiswa begitu banyak."

"Biarlah mereka yang membaca surat ini ketika mereka sadar, sama sepertiku."

Awan tersenyum, dan sepertinya ia tak mau memulai pertengkaran denganku untuk kedua kalinya.

Tags:

~

Rating

  • 1195views
  • 0comments

Subscribe

Subscribe to comments

recommend to friends

Iklan Almet

Artikel Terkait

Mak Suni

Cerpen

Mak Suni

24-03-2015

1470
Kasam

Cerpen

Kasam

07-11-2014

1669
Portulaca

Cerpen

Portulaca

15-10-2014

1633
Bom Waktu

Cerpen

Bom Waktu

21-07-2014

2030

Komentar

Kirim Komentar

Kirim Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Nama*

E-mail*

Komentar

Kode

11 234 Subscribers
781 Followers
341 Subscribers

Berita Terpopuler

Aliansi BEM SB Bersama FSPMI Gelar Aksi Tolak Omnibus Law

Aliansi BEM SB Bersama FSPMI Gelar Aksi Tolak Omnibus Law

16-06-2022

  • 531
  • 22
Pameran 'Garih' Mahasiswa Departemen Seni Rupa, Turut Hiasi Taman Budaya Sumbar

Pameran 'Garih' Mahasiswa Departemen Seni Rupa, Turut Hiasi Taman Budaya Sumbar

04-06-2022

  • 496
  • 22
UKRO KM UNP Launching 5 Robot untuk Ajang KRI

UKRO KM UNP Launching 5 Robot untuk Ajang KRI

02-06-2022

  • 470
  • 22
573 Medali Akan Diperebutkan dalam Ajang POMPROV Sumbar

573 Medali Akan Diperebutkan dalam Ajang POMPROV Sumbar

06-06-2022

  • 444
  • 22
Diikuti Sebanyak 320 Mahasiswa se-Sumbar, UNP Siap Sukseskan POMPROV Perdana

Diikuti Sebanyak 320 Mahasiswa se-Sumbar, UNP Siap Sukseskan POMPROV Perdana

06-06-2022

  • 412
  • 22

Ganto TV

Lihat semua video

Aktivis Gerakan Suara Rakyat Sumatera Barat Tolak Penghapusan Limbah Batu Bara dari... Ganto TV

08-04-2021

  • 14
  • 1838

Galeri Foto

Lihat semua foto
Aksi Indonesia Darurat, Sumbar Menggugat 11 April 2022

Aksi Indonesia Darurat, Sumbar Menggugat 11 April 2022

12-04-2022

  • 0
  • 0
DimensiTekno old

Langganan Berita

Ganto.co
BACK TO TOP

SKK Ganto UNP

Ganto.co

"Sebuah Koran kampus sudah lama diimpi-impikan di IKIP Padang. Namun, karena keterbatasan, impian itu belum sempat diwujudkan. Sampailah beberapa waktu yang lalu, Rektor IKIP Padang 'menawarkan' suatu kemungkinan buat menerbitkan sebuah Koran kampus. Sudah tentu tawaran itu merupakan surprise. Dan Humas tak melewatkannya begitu saja. pembicaraan-pembicaraan diadakan. Rencana-rencana disusun. Sudah tentu, menerbitkan Koran tak semudah membacanya. Maka hari ini, dengan segala kekurangannya,...

Get it on Google Play

Profil

  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Hubungi Kami

Menu

  • Home
  • Berita
  • Info Kampus
  • Sastra Budaya
  • Ganto TV
  • Ganto Foto
  • Artikel
  • E-Paper

Kontak

Hubungi kami di masing-masing divisi di bawah ini :

Alamat
Gedung Student Center Universitas Negeri Padang Lantai 2, Jln. Prof. Dr. Hamka, Air Tawar. Kode Pos 25131

Email: redaksiganto@gmail.com

Website : http://ganto.co

  • Bagian Umum

Nomor Hp 081271163620 (Afdal) / 083186637047 (Mona)

  • Bagian Redaksi

Nomor Hp 08973789080 (Nurul) / 083179338314 (Rino)

  • Bagian Usaha

Nomor Hp 082384139108 (Sandi)

  • Bagian Sirkulasi

Nomor Hp 085263690921 (Sherly)

  • Ketentuan Penggunaan
  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Hubungi Kami
  • Facebook
  • Twitter
  • RSS

© 2017 Ganto.co - Ilmu Amaliah, Amal Ilmiah. All rights reserved.

Close

Enter the site

Login

Password

Remember me

Forgot password?

Login

SIGN IN AS A USER

Use your account on the social network Facebook, to create a profile on Ganto.co