Dalami Karakter Melalui Teater
Ariyanti
Penampilannya tidak seperti apa yang dipikirkan orang-orang ketika mendengar kata "seni". Tidak ada rambut gimbal atau pakaian dengan sedikit aksen ala Punk. Ia adalah Rori Maidi Rusji, mahasiswa Teknologi Pendidikan yang sudah enam tahun mendalami dunia teater. Berawal dari ketertarikannya dalam seni drama dan operet ketika di bangku sekolah, ia mulai belajar seni teater di Oase, Unit Kegiatan Kesenian UNP.
Baginya, kuliah adalah mencari pengalaman. Ilmu pengetahuan tidak hanya ditemukan di dalam kelas, tetapi bisa dari mana saja. Sebab itulah, semenjak di Oase, Rori pun mendapatkan beragam pengalaman, pengetahuan dan teman dari berbagai daerah, seperti Bali dan Papua.
Semua itu Ia dapatkan melalui berbagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan bersama Oase. Ia pernah tampil menjadi actor dalam pementasan teater di Temu Ramah Unit Kegiatan Mahasiswa se-Sumatera Barat (2007), bermonolog di Pekan Kreativitas Mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni UNP (2008), menjadi piƱata cahaya (lighting) dalam pementasan Segitiga Tanpa Sudut yang dipentaskan di Gedung Sasana Budaya Bali (2009) dan bertindak sebagai Sutradara ketika pementasan Lidi Berjalin di Kemuning, Bogor. Pada 2010 lalu, Rori sempat menjadi Pemimpin Produksi penampilan teater Arwah-Arwah di Padang Panjang. Tidak hanya itu, baru-baru ini, Rori menulis naskah Beranak Anjing yang ditampilkan di Universitas Sriwijaya Palembang. Ia juga menjadi pernah mendapatkan gelar penampil nomor dua terbaik versi Alek Teater se-Sumatera Barat di Taman Budaya, Padang.
Namun begitu, eksistensi seni teater bukan hanya untuk ajang penilaian dan perlombaan. Menurut Rori, setiap penilaian seni yang diberikan bersifat relatif. Setiap penampil seni akan berusaha menampilkan pertunjukan dengan maksimal. Sedangkan penilaian juri hanya akan memunculkan keegoan dari masing-masing penampil seni. Poin utama dari sebuah kesenian adalah untuk memahami seni dan terus mempelajarinya. Seni dapat pula dijadikan ajang menjalin persaudaraan antar sesama pelaku seni teater yang tersatukan melalui diskusi-diskusi bersama. "Seni teater bukan ajang penghargaan, tapi memang murni belajar," tegasnya.
Bisa belajar untuk menjadi orang lain adalah hal yang membuatnya menyukai dunia teater. Esensi teater itu sendiri menurutnya adalah pertunjukan kehidupan. "Bukan hanya di panggung, dalam kehidupan sehari-hari pun kita sedang berteater." Ujarnya. Teater bukan hanya memberinya kesenangan, tapi juga pelajaran untuk memahami watak orang lain. Satu hal yang semestinya harus, namun sulit dimilki oleh setiap orang.
Komentar
Kirim Komentar