Puisi - Puisi Ganto edisi 165
Ariyanti, Nofriadi Putra, Arfika Diana
Arang
Mungkin kami hanya arang,
Awalnya kayu yang dibakar emosi
Karena demokrasi nyatanya tak pernah kami temui!
Lalu membara kami,
Membara hingga batas-batas kami lewati
Anarki sampai mati!
Sayang sekali hanya berakhir seperti ini,
Tubuh berdaki hitam yang tak berarti
Sama sekali tak berarti
Ariyanti, Mahasiswa ISP TM 2010
Bertahan
aku dirajam sajak
dengan kata-kata yang kau pinjamkan
agar membuka lahan puisi
di hulu-hulu hati
seandainya aku seorang ksatria
yang mampu menghujam dada musuh
hingga membunuh dendam dan benci
maka akan kusudahi sajak ini
agar aku bisa bertahan
sampai ke sebuah tujuan
di mana rumah-rumah yang kita impikan
adalah sisa bangkai pengalaman
yang pernah merasai decut perih dan pedih
yang selalu membuat jari kita bergetar
dan tak sabar untuk menuliskan
usia muda kita yang tak pernah gentar
(Ruang Sempit), 2011
Nofriadi Putra, Mahasiswa Universitas Negeri Padang
Perantau Hina
aku yang mulai gerah
dengan hidup bersyaratkan rupiah
aku yang mulai sinis
dengan janji yang terdengar manis
disini...di kota yang besar ini
aku bahkan tak bisa melihat diriku sendiri
asa, usaha dan impian
hanya lelucon bagi penikmat fantasi
caci saja pakaianku ini
yang akan terus lusuh bersama keringatku
ludahi saja sepatu robek ku ini
yang akan terus kusam bersama langkah-langkahku
saat ini, untuk sedetik
dengar jeritku
wahai dunia
sungguh ini bukan kehinaan yang kekal
karena jerihku tak kan terhalang kemiskinan
Arfika Diana, Mahasiswa Pendidikan Bahasia Indonesia dan Sastra DaerahTM 2010
Komentar
Kirim Komentar