Muslimah di Tengah Arus Globalisasi
Winda Yevita Dewi
Informasi pada masa sekarang dapat diakses dari mana pun. Baik melalui televisi, radio, media cetak, atau pun lewat internet. Hanya dengan mempunyai komputer dan koneksi jaringan internet, kita dapat mengakses segudang ilmu di dalamnya. Tidak perlu capek-capek keluar rumah. Tinggal duduk, lalu dengan klik dan klik saja dapat terjadi berbagai pertukaran informasi dari belahan bumi manapun yang kita inginkan.
Inilah era yang disebut zaman globalisasi. Zaman dimana pertukaran informasi baik dari segi teknologi, sains, ekonomi, ataupun kebudayaan dapat diunduh dan diunggah oleh semua kalangan tanpa sekat. Anak-anak dan orang dewasa, lelaki dan wanita tanpa pandang status sosial. Hanya saja, tugas pribadi masing-masing adalah untuk menyaring apa yang cocok dan tidak dengan kebudayaan dan kepercayaan (sebagai pedoman hidup) yang dianut.
Pertukaran informasi tanpa batas ini tak pelak sampai pada mata dan telinga para muslimah di dunia. Muslimah yang bukan saja sebatas cerminan dari manusia yang feminim, yang kebanyakan diidentikkan dengan manusia rumahan dan kurang mendapat suntikan informasi dari dunia luar. Pada umumnya mereka mengerjakan aktivitas yang terbilang monoton. Ini disebabkan pengaruh dari pola pikir yang hanya sebatas pada satu ruang lingkup kecil saja yang mengatakan kalau seorang wanita itu tidak bisa mengerjakan hal-hal yang jauh lebih hebat.
Wanita bukanlah sebatas hanya hidup di dalam rumah saja. Rutinitas di dalam atau di sekitar rumah saja. Bangun, menyiapkan makanan untuk suami dan anak-anak, membersihkan rumah. Bila waktu makan datang kembali lagi dengan rutinitas yang sama. Meskipun, di satu sisi kodrat mereka sebagai seorang wanita tidak akan jauh-jauh dari mejadi rumah tangga.
Islam sendiri tidak pernah melarang atau mengekang seorang wanita muslimah dalam bertindak, asalkan itu tidak keluar dari peraturan yang ada. Jika kita tilik jauh berabad-abad yang lalu, di zaman Nabi Muhammad SAW masih hidup, banyak para muslimah yang tidak hanya berkutat dengan persoalan rumah tangga saja. Mereka juga menjadi tulang punggung bagi keluarganya. Dapat diambil contoh dari cerita Asma’ binti Abu Bakar yang mempunyai penghasilan lebih besar dari suaminya. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di luar untuk bekerja yang seharusnya merupakan tanggung jawab dari suaminya. Akan tetapi dia tetap menghargai suaminya dan melakukan tanggung jawabnya sebagai istri walaupun penghasilannya lebih besar dari sang suami.
Cerita lainnya datang dari seorang sosok yang sangat melekat di dalam benak umat muslim. Dia adalah Khadijah. Seorang istri yang selalu memuliakan suaminya. Dia merupakan salah satu orang terkaya dalam masanya karena berbisnis. Pada akhirnya penghasilan dari bisnisnya itu ia sumbangkan untuk mengembangkan dakwah Rasulullah SAW dalam menyiarkan agama islam. Inilah salah satu contoh yang patut diteladani oleh wanita muslimah pada zaman sekarang. Contoh lainnya, Nabi Muhammad SAW mengajarkan putrinya untuk bisa berkuda, berenang, dan memanah.
Saat ini, seorang muslimah bukan lagi wanita lemah yang selalu berlindung di balik kerudungnya. Muslimah saat ini terus berkembang dan mengembangkan potensinya hingga ke taha-tahap maksimal. Ini terbukti sebagian besar dari jenis lapangan kerja yang ada di dunia ini diisi oleh kaum wanita. Mulai dari tukang ojek, supir bus bahkan sampai menjadi seorang pemimpin dari suatu perusahaan yang besar. Ini membuktikan bahwa wanita bisa melakukan apa yang bisa dilakukan oleh laki-laki.
Berhasil atau tidaknya menjadi seorang wanita muslimah itu tergantung pada keinginan yang ada di dalam diri sendiri. Seberapa besar dan gigihkah untuk mendapatkannya. Untuk itu, hal yang pertama yang harus dilakukan adalah pembentukan kepribadian islami. Membangun jiwa dan karakter islami sangatlah penting, karena ini merupakan pondasi dasar seseorang. Jika pondasi awalnya tidak kokoh maka akan berdampak pada kehidupan dia selanjutnya. Lingkungan sangat berperan penting pada hal ini.
Jika pondasi pertama pada dasarnya berhubungan dengan akhirat, maka hal kedua yang harus dilakukan agar menjadi seorang wanita muslimah adalah peningkatan kualitas. Kualitas ini meliputi ilmu pengetahuan maupun skill dalam berbagai bidang yang dibutuhkan. Kita sama-sama tahu nantinya seorang wanita akan menjadi calon seorang ibu bagi anak-anaknya nanti. Seberapa berhasilkah seorang ibu mendidik anak-anaknya nanti tergantung pada kualitas si ibu. Jika banyak ibu yang gagal, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi khususnya pada keluarga tersebut dan negara ini pada umumnya. Pada akhirnya, dampaknya akan terasa pada dunia.
Mengingat tidak ada hal yang mustahil di dunia ini. Usaha yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas yang baik adalah dengan membaca. Sebagaimana yang diketahui surat yang pertama diturunkan oleh Allah SWT untuk umatnya adalah surat Al-Alaq. Di dalam surat ini, Allah SWT menyuruh umatnya untuk membaca dan terus membaca. Jadi dapat disimpulkan di dalam islam sendiri membaca itu sangat dianjurkan dan penting. Karena disanalah gudang untuk mendapatkan informasi.
Tidak terlepas dari bacaan wajib sebagai umat muslim yaitu Al-Quran yang menyimpan informasi tentang masa lalu, masa sekarang, masa depan, dan segala suruhan Allah SWT untuk umat Islam. Tapi, juga membaca bayak hal, tidak hanya sebatas pada buku pelajaran saja. Banyak informasi baru yang dapat kita gali dari sumber bacaan cetak lainny, seperti koran, majalah, novel islami, dan lain-lain. Seorang loper koran yang tidak mempunyai catatan pendidikan yang tidak lebih beruntung dari kita, bisa memiliki wawasan ilmu pengetahuan yang dapat melebihi dari orang dari kalangan terdidik seperti mahasiswa. Pertanyaannya adalah mengapa dia bisa menjadi demikian dan mengapa kita tidak bisa. Kuncinya adalah membaca. Setiap hari di saat koran-korannya bersisa maka ia sempatkan untuk membaca. Membaca merupakan makanan pokok baginya setiap hari. Walaupun terkadang itu termasuk bacaan yang sudah lama dan keadaan kertasnya sudah lecet.
Selanjutnya biasakan untuk menulis. Tulisan merupakan cerminan dari diri sendiri seberapa kita memahami sebuah persoalan. Semakin banyak berlatih menulis semakin memahami tentang sesuatu. Dengan begitu analisa dari pemikiran akan semakin berkembang untuk meneliti masalah. Hal ini akan menjadi indikasi bahwa seorang wanita muslimah memiliki wawasan yang sudah mulai berkembang dari wilayah normalnya.
Tulisan merupakan lahan empuk untuk berdakwah. Percaya atau tidak akan tetapi itulah kenyataannya. Berapa banyak tulisan yang mampu mempengaruhi pola pikir seseorang untuk berubah menjadi lebih baik setelah melihat kenyataan yang sesungguhnya dalam lingkungan sehari-hari. Pada akhirnya sebuah tulisan mempunyai pengaruh yang cukup berperan penting dalam merubah tatanan dunia.
Sebuah tulisan merupakan hal yang cocok untuk seorang wanita muslimah. Ini tidak akan mengganggu kodrat dari seorang wanita muslimah. Tidak ada tindakan yang mengharuskan kekerasan di dalamnya. Poin tambahan lainnya mereka masih punya waktu yang bebas bersama keluarga seberapa yang anda inginkan. Dengan kata lain keluarga ataupun tugas-tugas pokok sebagai seorang wanita tidak akan terjadi kelalaian. Disamping itu anda akan tetap bisa membantu dari segi finansial keluarga.
Nah, sekarang berlomba-lombalah menjadi wanita muslimah di era globalisasi ini. Tidak hanya membuat perubahan positif pada diri sendiri akan tetapi juga pada orang lain. Betapa besar peranan seorang wanita muslimah dalam kontribusinya terhadap perkembangan dunia.
Penulis adalah Mahasiswa Kimia UNP TM 2010
Komentar
Kirim Komentar