Mengubah Mahasiswa Krisis Menjadi Kritis
Arif Rizki
Skripsi adalah masalah. Menulis skripsi, berarti mahasiswa sedang menuliskan masalah-masalah akademis yang terkait dengan pilihan studinya. Masalah yang dituliskan di dalam skripsi selalu beragam. Masalah-masalah ini diformulasikan dengan teori dan metode hingga menghasilkan sebuah hasil penelitian; jawaban dari masalah tersebut.
Menulis skripsi bukanlah akhir dari proses pembelajaran, tapi permulaan dari semuanya. Saat menulis skripsilah kita belajar secara intens, mencari literatur-literatur asing, bahan bacaan dari disiplin lain, teori, tulisan ilmiah, media dan referensi pendukung penelitian secara hati-hati dan terorganisir. Menulis ilmiah mempertaruhkan semua perangkat intelektual yang kita miliki. Mahasiswa yang tidak sanggup untuk bertaruh, kebanyakan akan menempuh jalur instan. Bahkan ada yang memutuskan untuk menyerah, menunggu masa studinya habis secara percuma.
Menulis skripsi memang problematis. Prosesnya selalu dibayang-bayangi oleh masalah yang sama sekali tidak relevan dengan penelitian. Misalnya kesulitan finansial, kemalasan mencari literatur, keengganan melakukan wawancara, serta selalu merasa menjadi objek otorisasi dosen killer. Beberapa mahasiswa yang tidak cukup kuat meresistensi semua desakan yang tidak sepenuhnya relevan ini, akan dengan mudah kehilangan fokus dan daya kritis. Mereka terdesak untuk mencari solusi-solusi yang sangat tidak akademis. Ada yang berusaha melakukan tindakan instan seperti mengcopy-paste skripsi mahasiswa dari kampus lain atau internet, melakukan plagiarisme terhadap ide, tema dan judul, bahkan membayar seseorang ahli untuk membuatkan skripsi secara utuh. Hasilnya, mereka cenderung tidak mengoptimalkan perangkat intelektual yang dimiliki untuk menjadi sarjana secara layak dan berkualitas. Pada saat wisuda, mereka mengutarakan pernyataan yang hampir seragam. "Sudahlah, tidak perlu sempurna. Yang penting tamat." Atau "Yang penting keluar dari kampus ini. Siapa tahu bisa segera jadi PNS."
Karena semuanya dimulai dengan menulis skripsi, mahasiswa sedapat mungkin mengedepankan seluruh perhatian kepada penelitiannya. Dalam menulis skripsi, cara menulis yang baik kembali dipelajari, jam tidur harus dikurangi, semua referensi harus di-reevaluasi terus menerus, dan kegiatan di luar kampus direduksi. Mentransformasikan kecurangan-kecurangan menjadi kejujuran yang akademis. Maka jika menulis skripsi adalah fase perubahan, perubahan tersebut tentu sedapat mungkin memberi hasil yang optimal yang tidak bisa didapatkan dengan mudah.
Ada kalanya hasil penelitian tidak memberi dampak yang masif kepada dunia pendidikan dan masyarakat umum, bahkan sulit menemukan korelasinya dengan pekerjaan yang didapatkan. Akan tetapi, proses panjang tersebut mengajarkan kepada setiap mahasiswa yang menyelesaikannya untuk menghargai setiap kejujuran dalam menulis ilmiah. Disinilah intelektualitas dan moralitas dikombinasikan. Barangkali kita harus menerima ketika hasil penelitian skripsi tidak mampu berkontribusi terhadap kemanusiaan secara langsung, akan tetapi penulis percaya bahwa menulis skripsi dapat merubah mahasiswa yang krisis menjadi mahasiswa yang kritis jika keseluruhan proses dilalui dengan prosedur akademis yang baik. Maka ketika proses penulisan skripsi selesai, ketika mahasiswa menghadapi ujian komprehensif, pertanyaan besar yang harus dijawab tidak hanya tentang seberapa jauh kita menguasai penelitian, akan tetapi ada pertanyaan yang lebih besar dari itu, yaitu seberapa jauhkah kita telah berubah dari sebelumnya.
Komentar
Kirim Komentar