Bertahun
Inessa Laurie
Jemarinya merunut akar cemara yang melintang di bekas hujan semalam...malam lumpuh yang menyisakan sesak. Kuku-kuku letihnya sudah pekat oleh tidak hanya tanah, tapi derita.Carut marut derita terlukis pada garis-garis umur di wajahnya. Bekasnya melebihi bahkan separo umurnya. Namun siapa yang peduli?? Entahlah. Bahkan pucuk daun enggan melirik !!
Menggeliat perlahan, beringsut dari akar mencoba menggapai pangkal pohon. Seperti cacing kepanasan !! Terperosot. Lalu menggeliat lebih liar. Terperosok lagi. Begitu saja...bertahun sudah.
Entah mengapa cemara begitu enggan dipanjati jari-jarinya yang memang lusuh.
Namun derita dan keangkuhan cemara tidak membunuh keringatnya !! Setidaknya belum akan.Entah berapa bertahun lagi, tapi ia tegap pada pelangi di sisa hujan tiga tahun yang lalu.Harta karunnya satu-satunya, satu-satunya yang indah. Kenangan akan pelangi di silam itu yang terus memompa keringatnya. Memanjati cemara hingga kelak berada di puncaknya.
Dan akan melihat pelangi itu sekali lagi. Lebih jelas. Kali ini bukan untuk disimpan sebagai kenangan saja. Dia juga akan melantang pada akar-akar busuk itu, "Lihat, aku kini memilikimu seutuhnya!!"
Komentar
Kirim Komentar