Kota Padang dalam Lintasan Waktu dan Peristiwa
Sumber: Dokumentasi Komunitas Penelusuran Khusus Sejarah dan Budaya
Romaito Daulay
Pada hari Sabtu, 16 November 2024, Komunitas Penelusuran Khusus Sejarah dan Budaya mengadakan kegiatan pendampingan kuliah lapangan mahasiswa Jurusan Sejarah Peradaban Islam angkatan 2023 dari UIN Imam Bonjol.
Dalam kesempatan kali ini, penelusuran dilakukan dengan menelusuri tiga lokasi bersejarah di Kota Padang, yaitu Bukit Gado-Gado, Bukit Peti-Peti, dan Kota Tua.
Setiap tempat yang dikunjungi ini menyimpan artefak yang sangat berharga serta kisah-kisah yang patut diingat dan dilestarikan.
Objek pertama yang dikunjungi dalam penelusuran kali ini adalah Bukit Gado-Gado.
Di lokasi ini, para peserta melakukan pengukuran dan pencatatan terhadap peninggalan batu prasasti dengan menggunakan alat pengukur yang telah disiapkan sebelumnya.
Aktivitas ini tidak hanya melibatkan teknik pengukuran, tetapi juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk lebih mendalami sejarah yang terukir di atas batu tersebut.
Selain itu, dilakukan juga pengukuran terhadap Pilbox, peninggalan Jepang yang terletak di bukit ini.
Pilbox, yang merupakan benteng pertahanan kecil terbuat dari beton kokoh, dirancang khusus untuk melindungi tentara dari serangan musuh dan memberikan perlindungan selama pertempuran.
Keberadaan Pilbox tidak hanya mencerminkan strategi pertahanan yang diterapkan pada masa itu, tetapi juga menjadi simbol ketahanan masyarakat dalam menghadapi tantangan di masa perang.
Setelah kegiatan pengukuran dan pencatatan selesai, acara dilanjutkan dengan penyampaian materi mengenai sejarah batu prasasti, Pilbox, dan lubang Jepang oleh anggota KOPASSUS SB.
Melalui kegiatan ini, para peserta tidak hanya mendapatkan pengetahuan tentang aspek teknis dalam konservasi situs sejarah, tetapi juga merenungkan makna dari setiap peninggalan yang telah ditemui secara langsung.
Penelusuran dilanjutkan ke Bukit Peti-Peti. Lokasi ini memiliki keterkaitan erat dengan kedatangan bangsa asing di Padang. Sejak zaman dahulu, Bukit Peti-Peti menjadi titik pertemuan perdagangan yang menghubungkan berbagai budaya. Catatan sejarah menunjukkan bahwa kawasan ini merupakan bagian dari jaringan perdagangan yang melibatkan pelaut dari berbagai penjuru dunia. Tujuan terakhir adalah Kota Tua, yang menyimpan kekayaan sejarah yang luar biasa. Di lokasi ini, anggota KOPPASUS SB memberikan materi mengenai sejarah dari Kota Tua mulai dari Abad ke-17. Dimana Kota Tua inilah tempat permukiman pertama di Padang, yang terletak di pinggir selatan Batang Arau (Sungai Padang), sekarang dikenal sebagai Seberang Padang.Kota Tua merupakan gambaran jelas bagi kita untuk menghayati kembali budaya Minangkabau yang berkembang di wilayah pesisir, yang awalnya berada di bawah pengaruh Kerajaan Pagaruyung sebelum beralih ke Kesultanan Aceh pada abad ke-17.
Secara historis, Kota Padang mulai menarik perhatian para pelaut Inggris pada tahun 1669. Dalam sejarah perdagangan di kawasan ini, kedatangan Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC) pada tahun 1663 memiliki dampak yang signifikan. VOC, dengan minat untuk mengembangkan pelabuhan serta pemukiman baru di Pantai Barat Sumatera, berhasil mengusir pengaruh Aceh pada tahun 1068. Surat Regent Jacop Pits yang meminta hubungan dagang dengan Raja Pagaruyung menegaskan posisi Kota Padang sebagai pusat perdagangan yang strategis. Namun, perjalanan sejarah tidak selalu berjalan lancar. Pada 7 Agustus 2009, terjadi ketegangan antara Masyarakat Pauh dan Koto Tangah yang melawan monopoli VOC. Walaupun peristiwa ini berhasil diredam, ia diabadikan sebagai tonggak bersejarah atas lahirnya Kota Padang.Dengan demikian, penelusuran di ketiga lokasi ini bukan hanya sekadar belajar, tetapi juga memberikan pemahaman yang mendalam tentang perjalanan dan identitas Kota Padang yang kaya akan budaya dan sejarah. Melalui kegiatan penelusuran ini, diharapkan generasi muda menjadi semakin peka dan memahami pentingnya melestarikan objek-objek sejarah sebagai bagian tak terpisahkan dari warisan budaya bangsa. Kota Padang, dengan segala keragaman serta kisah-kisah yang terkandung di dalamnya, menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia. Objek-objek tersebut lebih dari sekadar artefak fisik, akan tetapi juga merupakan bagian integral dari narasi perjuangan bangsa. Dengan menyadari hal ini, mahasiswa diharapkan dapat menghargai dan memahami arti penting pelestarian warisan sejarah untuk generasi mendatang.
Komentar
Kirim Komentar