Lawatan Paus Fransiskus dan Dampaknya bagi Indonesia
Ilustrator: Natasa Alifah
Ega Hotmauli Br Siadari
Dilansir dari detikNews, Paus Fransiskus merupakan Paus ketiga yang melakukan kunjungan ke Indonesia. Kunjungan Paus Fransiskus rencananya akan berlangsung dari tanggal 3 sampai dengan 6 September 2024.
Hal ini sangat didukung oleh umat Kristen, khususnya umat Katolik.
Dalam rencana kunjungan resmi kenegaraan kali ini, akan digelar Misa Akbar di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta. Lalu siapakah Paus Fransiskus sebenarnya?
Paus Fransiskus merupakan seorang pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma dan Kepala Negara Kota Vatikan.
Nama asli Paus Fransiskus adalah Jorge Mario Bergoglio, dan ia lahir pada 17 Desember 1936 di Buenos Aires, Argentina.
Ia terpilih sebagai Paus ke-266 pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri.
Paus Fransiskus dikenal karena pendekatan yang sederhana, rendah hati, dan lebih dekat dengan umat.
Ia adalah Paus pertama yang berasal dari Benua Amerika dan juga Paus pertama yang berasal dari Ordo Yesuit.
Sebagai Paus, ia fokus pada isu-isu sosial seperti kemiskinan, perubahan iklim, perdamaian dunia, dan dialog antaragama, serta menyerukan reformasi dalam Gereja untuk lebih inklusif dan transparan.
Namanya diambil dari Santo Fransiskus dari Assisi, yang dikenal sebagai pelindung orang miskin dan pecinta lingkungan.
Menurut data Kementerian Dalam Negeri, terdapat 8.596.545 penduduk beragama Katolik di Indonesia pada Februari 2024. Jumlah tersebut mencakup 3,1 persen dari 280,7 juta masyarakat Indonesia.
Melansir dari situs GCatholic.org, umat Katolik Indonesia tersebar ke dalam 38 keuskupan.
Adapun pandangan umat Katolik terhadap Paus Fransiskus umumnya sangat positif, meskipun beragam tergantung pada konteks budaya, geografis, dan keyakinan pribadi. Berikut beberapa pandangan umum yang dipegang oleh umat Katolik:
Pertama, Sosok yang Rendah Hati dan Sederhana
Banyak umat Katolik mengagumi Paus Fransiskus karena kesederhanaannya. Dari awal kepausannya, ia memilih tinggal di wisma sederhana di Vatikan daripada istana kepausan, menggunakan pakaian dan transportasi yang sederhana, serta lebih sering berinteraksi langsung dengan umatnya.
Tindakan ini dipandang sebagai tanda kerendahan hati dan kedekatannya dengan ajaran Yesus Kristus.
Kedua, Pemimpin yang Berorientasi pada Kasih dan Belas Kasih
Paus Fransiskus dikenal sebagai Paus yang sangat peduli dengan isu-isu sosial, seperti kemiskinan, migrasi, keadilan sosial, dan perubahan iklim.
Ia sering menekankan pentingnya gereja untuk melayani mereka yang terpinggirkan dan teraniaya, serta menyerukan agar umat Katolik lebih berbelas kasih dan terbuka terhadap semua orang, terutama yang paling membutuhkan.
Ketiga, Pendekatan yang Lebih Terbuka dan Inklusif
Paus Fransiskus mendorong gereja Katolik untuk lebih terbuka terhadap berbagai kelompok, termasuk mereka yang berada di pinggiran komunitas Katolik, seperti kaum LGBTQ+, umat yang bercerai, dan pasangan yang menikah di luar gereja.
Sikapnya ini menimbulkan respons beragam; banyak yang mendukung pendekatannya yang penuh kasih. Sementara lainnya menganggap sebagai perubahan yang terlalu progresif.
Keempat, Pendorong Reformasi Gereja
Paus Fransiskus dianggap sebagai seorang reformis yang mendorong perubahan dalam Gereja Katolik.
Ia memperkenalkan sejumlah inisiatif untuk memperbaiki transparansi keuangan gereja, menangani skandal pelecehan seksual, dan memperbaiki cara kerja hierarki Gereja agar lebih akuntabel dan responsif terhadap kebutuhan umat.
Kelima, Pencinta Lingkungan
Paus Fransiskus juga sangat dihormati karena kepeduliannya terhadap lingkungan, terutama setelah ia menerbitkan ensiklik "Laudato Si'" pada tahun 2015 yang isinya mengajak seluruh umat manusia untuk melindungi bumi sebagai "rumah bersama".
Ia sering berbicara tentang tanggung jawab moral untuk menjaga ciptaan Tuhan dari kerusakan lingkungan dan perubahan iklim.
Terakhir, Kontroversial bagi Beberapa Kalangan Konservatif
Meskipun banyak yang mengagumi Paus Fransiskus, beberapa umat Katolik yang lebih konservatif menganggap beberapa pandangannya sebagai seorang paus terlalu liberal atau bertentangan dengan tradisi gereja.
Misalnya, keterbukaannya terhadap perubahan dalam beberapa ajaran gereja dan sikapnya terhadap masalah sosial tertentu kadang-kadang memicu ketidaksetujuan.
Secara keseluruhan, Paus Fransiskus dilihat sebagai pemimpin yang berusaha mendekatkan gereja dengan kebutuhan umat masa kini, menjadikannya figur yang berpengaruh dan dicintai oleh banyak orang khususnya umat Katolik, meskipun tidak selalu tanpa kritik.
Paus Fransiskus akan datang ke Jakarta. Hal ini merupakan momen bersejarah yang tidak hanya berdampak secara spiritual bagi umat Katolik di Indonesia, tetapi juga memberikan dampak ekonomi yang signifikan, khususnya bagi industri perhotelan.
Kunjungan ini menyebabkan tingkat okupansi hotel meningkat sekitar 10-15 persen dari kondisi normal.
Ini adalah salah satu contoh konkret bagaimana peristiwa keagamaan atau kunjungan tokoh dunia dapat memberikan efek domino positif pada sektor pariwisata dan ekonomi lokal.
Okupansi ini tidak hanya didorong oleh kehadiran umat Katolik dari seluruh penjuru Indonesia, tetapi juga dari berbagai negara tetangga yang ikut menghadiri acara tersebut.
Daerah Khusus Jakarta sebagai pusat perekonomian negara mendapatkan keuntungan langsung dari kunjungan ini, terutama dari wisatawan yang datang untuk menyaksikan lawatan Paus.
Hotel-hotel yang berada di sekitar lokasi acara seperti katedral, gereja, dan pusat-pusat pertemuan keagamaan menjadi incaran utama para peziarah dan wisatawan.
Selain hotel, sektor lain yang juga mendapatkan manfaat dari kunjungan ini adalah restoran, transportasi, dan pusat perbelanjaan. Kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kunjungan Paus Fransiskus, seperti misa akbar, pertemuan dengan tokoh agama, dan kunjungan ke situs-situs bersejarah, turut meningkatkan perputaran ekonomi di Jakarta.
Namun, dampak positif ini sebaiknya juga diimbangi dengan kesiapan pemerintah dan pelaku industri perhotelan dalam menghadapi lonjakan tamu.
Penyelenggaraan acara harus tetap memperhatikan aspek keamanan dan kenyamanan, serta protokol kesehatan yang ketat.
Dengan begitu, keuntungan ekonomi yang diperoleh tidak hanya bersifat sementara, tetapi dapat menjadi momentum untuk meningkatkan citra Jakarta sebagai destinasi yang siap dan mampu menyambut acara besar berskala internasional.
Lawatan Paus Fransiskus ini seharusnya menjadi inspirasi bagi pemerintah daerah dan para pelaku usaha untuk lebih kreatif dalam memanfaatkan peluang dari berbagai acara besar yang mampu mendongkrak ekonomi lokal.
Selain itu, persiapan yang matang juga akan membantu Jakarta dalam meraih potensi yang lebih besar di masa depan, menjadikannya sebagai kota yang ramah untuk wisata religi dan acara-acara internasional lainnya.
Komentar
Kirim Komentar