Dilema Randy
Sumber ilustrasi : imagesee.biz
Sucy Putri Mayu
"Anak-anak, adakah yang tahu warna langit itu apa?"
Anak-anak itu hampir semuanya mengangkat tangan mungilnya dan mereka serentak menjawab, "Biru, Buk," terkecuali pada satu anak laki-laki yang memiliki pendapat berbeda dengan teman-temannya.
"Warna langit itu hitam, Buk," jawab Randy lantang.
Buk Lis mengalihkan perhatiannya kepada Randy. "Kenapa begitu, Randy?" tanya Buk Lis.
"Karena hujan sudah turun, Buk," jawab Randy sembari mengerucutkan bibir mungilnya. Ia menatap jendela. Di luar sedang hujan sedang turun dan langit berubah warna menjadi hitam kelam.
Hujan akhirnya reda pukul setengah sebelas pagi. Sudah waktunya juga untuk anak-anak selesai belajar.
Pulang dari Taman Kanak-Kanak, Randy dan teman-temannya tidak langsung pulang ke rumah, melainkan bermain sepak bola di lapangan hijau desa mereka.
Randy, Buana, Ikbal mengambil posisi yang tepat untuk bermain bola, sedangkan Riko sebagai kiper telah meletakkan serabut kelapa di kedua sisi dekat kakinya. Randy berhasil mencetak gol karena Riko tiba-tiba lengah. "Kenapa, Riko? Kamu kurang fokus. Hari Minggu besok kita tanding lawan TK Mersi, loh," kata Randy.
Buana dan Ikbal menganggukkan kepala pertanda setuju. Berbeda dengan Riko yang saat ini sedang terfokus pada sudut lapangan hijau.
"Kawan, apa yang dipasang Uda Ari di sana?" tanya Riko menatap papan pengumuman yang baru saja ditancapkan.
"Aku belum terlalu bisa membaca." Buana menggeleng lemah.
"Tidak apa-apa, Buana. Sini aku bacakan," jawab Randy. "Bacaan pada papan pengumuman itu adalah ikan sudah dilepas niat."
"Begitu, ya." Buana tersenyum lebar.
"Ikan sudah dilepas niat, jadi sudah saatnya kita memancing lagi. Aku senang!" Riko berteriak hebat atas berita yang membahagiakan ini di desa mereka.
Randy dan tiga temannya pun pulang ke rumah masing-masing. Saat sampai di rumah, Randy segera menyampaikan tulisan di papan pengumuman tadi kepada Ayahnya.
"Ayah, sudah tahu belum ikan di sungai kita sudah dilepas niat?" Randy bersemangat karena memiliki hobi yang sama dengan sang ayah. Mereka sama-sama senang memancing, meskipun Randy hanya kebagian mencari cacing tanah.
"Iya, sudah tahu. Hari Minggu sudah dibolehkan memancing."
"Wah, ternyata Hari Minggu, Yah?" Randy kaget mendengarnya. Hari yang ditunggu-tunggu Randy dan teman-temannya adalah Hari Minggu karena pada hari itu TK Karya akan melawan TK Mersi untuk pertandingan sepak bola.
"Kenapa, Randy?" tanya Ayah Randy khawatir dengan wajah murung anaknya.
"Hari Minggu adalah pertandingan sepak bola antarTK, Yah. Aku dan teman-teman sudah latihan setiap hari."
Randy menjadi hilang semangat karena bingung harus memilih antara memancing ikan dengan Ayahnya atau ikut dalam pertandingan sepak bola.
"Kamu sebagai laki-laki harus menetapkan pilihan, Nak. Silahkan pikirkan dulu. Ayah akan turut senang dengan keputusanmu." Ayah menepuk pundak Randy dan meninggalkannya di ruang tamu sendirian.
Randy termenung lama hingga akhirnya suara Ibu menggelegar menyuruhnya untuk segera mandi. "Randy, sudah saatnya mandi, Nak!"
***
Pada keesokan paginya langit sangat cerah. Di meja Randy saat ini sedang berkumpul anak laki-laki sedang berdiskusi.
Setengah di antara mereka menyetujui untuk memancing saja karena ikan dilepas niat hanya satu kali dalam setahun. Setengah lainnya lebih menyetujui untuk ikut pertandingan sepak bola saja karena pertandingan tersebut juga hanya satu kali dalam setahun.
Sesudah itu, mereka akan naik jenjang pendidikan ke tingkat Sekolah Dasar (SD).
"Tinggal pendapat kamu, Randy. Kami akan menyetujuinya," kata Ikbal berlapang dada.
"Tadi malam aku sudah berpikir dan Ayah memberikan nasihat kepadaku bahwa laki-laki harus bisa menetapkan pilihan. Keputusanku adalah kita harus ikut dalam pertandingan sepak bola."
Semua laki-laki di kelas mereka menjadi riuh dan salut dengan jiwa kepemimpinan Randy. Mereka tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dan siap untuk meraih juara melawan TK Mersi.
***
Pertandingan bola antarTK sekecamatan Lubuk Alung diadakan di lapangan hijau dekat TK Mersi. Walaupun berada di area lawan, Randy dan teman-temannya sama sekali tidak takut.
Pada awal pertandingan, Randy berhasil mencetak skor. Hanya saja pada babak kedua, tim Randy kalah dengan skor dua-satu. Lalu melihat perbandingan skor itu, Buana menendang bola dengan semangat sambil bersorak, "TK Karya jaya!"
Mereka pun mencetak gol. Saat ini skor imbang dua-dua.
Pertandingan yang sengit itu pada akhirnya berhasil dimenangkan oleh TK Karya karena Randy berhasil mencetak gol pada menit terakhir pertandingan.
Rasanya sangat bahagia setelah mendapatkan piala atas hasil kerja keras mereka. Buk Lis selaku wali kelas TK Karya pun mentraktir mereka es krim.
***
Randy tidak sabar memberikan kejutan kepada Ayah dan Ibunya mengenai kemenangan timnya hari ini. Baru saja masuk ke dalam rumah, Randy langsung disuguhi ikan bakar oleh Ibu. Setelah membasuh tangannya, Randy pun menyantap ikan lezat buatan Ibunya tercinta.
Usai makan, Randy menceritakan bagaimana ia mencetak gol di akhir pertandingan tadi dan karena hal itulah mereka menang.
"Kamu hebat, Randy," kata Ayah sembari tersenyum bangga.
"Iya, Yah, tapi aku masih sedih karena tidak ikut memancing ikan dengan Ayah tadi." Randy tiba-tiba murung saat teringat betapa hobinya dia memancing, namun ia juga cinta pada bermain bola.
"Tidak masalah, Randy. Minggu depan kita masih bisa pergi memancing ke sungai dekat rumah Nenek."
"Sungai dekat rumah Nenek juga bisa, Yah? Aku pikir hanya di desa kita saja." Randy senang mendengar kabar itu.
"Sebenarnya Randy, tradisi ikan dilepas niatnya ini dilakukan secara bergiliran antarkampung. Jadi, tenang saja. Kamu tetap bisa memancing."
"Wah, benar, Yah? Asik! Mancing mania!"
"Mantap!" seru Ibu tiba-tiba yang membuat Ayah dan Randy tertawa bersama.
Komentar
Kirim Komentar