Indonesia Menuju Dinasti
Sumber ilustrasi: Kompas.id
Shadiq Putra Muharam
Negara Indonesia yang mencakup Nusantara dengan berbagai kekayaan yang terkandung di dalamnya, bersimbolkan burung Garuda dengan Pancasila sebagai dasar negara.
Memang, semenjak kemerdekaan diproklamirkan tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia telah mencapai kemerdekaannya yang merupakan buah dari perjuangan para pejuang masa lampau, semenjak itu pula disusun Undang-undang untuk mengatur roda kehidupan.
Kita mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara demokrasi, yang mekanisme pemerintahan akan melibatkan rakyat dalam berbagai hal, pemilu sebagai sistem sirkulasi kekuasaan memang hingga saat ini terus berlangsung, yang katanya memakai asas LUBERJUDIL, menekankan pada kejujuran dan keadilan.
Memang, sejak dahulunya kita dikenalkan dengan segala prosedur tersebut, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, penulis merasa hal tersebut saat ini tinggal semboyan, hanya sebatas asas tertulis yang mesti dipahami.
Problemnya adalah kepentinganlah yang pada saat ini dikedepankan, sehingga untuk bisa menjadi seorang pemimpin misalnya, tidak perlu prestasi yang mumpuni, tetapi yang diperlukan adalah, tingkat kedekatan kita dengan penguasa secara struktural.
Dengan demikian, apabila kita memiliki kedekatan dengan penguasa, akan mempermulus jalan untuk mencapai apa yang kita inginkan.
Jika kemudian terhalang undang-undang dan aturan, adalah hal yang gampang untuk mengubahnya, sehingga kepentingan tetap terlaksana, urusan demokrasi dan Pancasila, itu menjadi semacam kajian kedua, yang terpenting diri sendiri dahulu, kepentingan mereka dahulu.
Mungkin saja Indonesia pada saat ini lebih cocok dijadikan dinasti (sebuah sistem kerajaan) yang mekanisme pemerintahan diambil dan diatur dari kalangan dan golongan mereka saja.
Upaya para pendiri bangsa yang bertumpah darah, yang memiliki semboyan "lebih baik kita hancur lebur daripada tidak merdeka," jelas merupakan suatu semangat nasionalisme yang tinggi.
Berbeda dengan para birokrat saat ini, yang seolah-olah dibutakan oleh kekuatan, kepentingan, dan keinginan.
Komentar
Kirim Komentar