Nasib dan Fisika
Sumber ilustrasi: ID Times
Pradika Alim Zulemil
Pulang sekolah, Rizky memilih jalan yang berbeda dari biasanya.
Ingin mencoba suasana baru, langkahnya membawanya ke arah tak terduga.
Di sebuah gang sempit, seorang preman berotot besar mengincar mangsanya.
Tanpa disadari, bahu Rizky tersenggol kasar oleh preman itu.
"Woy, punya mata nggak lo?!" bentaknya.
Rizky tersentak kaget. Ia menundukkan kepala dan meminta maaf. "Maaf, Bang," ucapnya lirih.
"Minta maaf aja nggak cukup!" hardik preman itu. "Nih, ngotorin baju gue! Bayar!"
Rizky merogoh koceknya, tapi tak ada selembar uang pun di sana.
Otaknya yang baru saja menyelesaikan ujian fisika mendadak bekerja.
Ia teringat rumus yang baru dihafalkannya.
"S = W/F," gumam Rizky.
"Apa lo bilang?!" bentak preman itu semakin keras.
"Perubahan jarak, S, sama dengan Usaha, W, dibagi Gaya, F," jelas Rizky. "Kalau Bang ingin mengubah hidup, Bang harus memperbanyak Usaha dan memperkecil Gaya."
Preman itu terdiam, kebingungan. Ia tak pernah mendengar perkataan seperti itu.
"Nih, Bang," Rizky menyodorkan beberapa lembar uang receh. "Carilah kerja yang halal. Ubah hidup Bang biar tidak jadi preman lagi."
Preman itu tertegun.
Ia menatap uang di tangannya, lalu menatap Rizky dengan tatapan yang sulit diartikan.
Tanpa berkata apa-apa, ia pun berlalu pergi.
Rizky melangkahkan kakinya kembali, hatinya diliputi rasa lega bercampur heran.
Tak disangka, rumus fisika yang baru dihafalkannya mampu melumpuhkan preman dan mengubah arah hidupnya.
Sejak saat itu, Rizky tidak hanya rajin belajar fisika, tapi juga giat mencari uang jajan dengan berjualan kue buatan ibunya.
Ia ingin membuktikan bahwa ilmu pengetahuan tidak hanya berguna di sekolah, tapi juga mampu membawa perubahan positif dalam kehidupan.
Komentar
Kirim Komentar