Namun, Hanya Kekasih
Sumber foto: Nggalek.co
Anggelita Febriani
Keramaian perlahan mulai surut.
Menelan gelora di antara udara.
Rayap-rayap mengikis kayu di atap.
Memperlihatkan ruang yang ada.
Sorak sorai yang riuh tak terdengar.
Menghilang bersama suara yang terbakar.
Kemudian, kaki kecil melangkah bersama kilat.
Menjelma bagai kekasih yang memikat.
Suasana hangat, luntur mengucur.
Membayangi kumbang beraroma kelapa.
Keramaian, gelora, atap dan suara yang terbakar, kembali
seperti semula.
Namun, hanya kekasih yang mati tak kembali.
Komentar
Kirim Komentar