Penguntit
Sumber: Suara.com
Najla Salsabila
"Kok lampunya hidup mati terus, ya?"
"Kok pintunya sering terbuka sendiri, ya? Padahal engsel pintunya masih bagus."
"Eh, kamu nyolek aku mulu dari tadi."
"Sil, kamu barusan manggil, aku?"
Entah kenapa setelah libur semester, kelas ini menjadi aneh. Banyak hal ganjil yang sudah terjadi. Bukan hanya satu atau dua orang saja, melainkan satu kelas merasakan pun mengalaminya.
Contohnya saat ini, situasi kelas mendadak hening gegara, "Loh, Andi. Bukannya kamu tadi ke bawah?" Karena pertanyaan itu, semua perhatian menuju ke Andi.
"Hah? Enggak, orang daritadi aku di kelas sama mereka ini."
Jawaban Andi membuat mereka yang tadinya asyik sama kegiatan masing-masing menjadi terdiam dan saling bertatapan satu sama lain.
"Baru aja kita papasan di tangga, aku sempat nanya sama kamu, aku nanya kamu mau ke mana terus kamu jawab mau ke parkiran buat ambil dompet yang ketinggalan di motor. Ya, walaupun suara kamu tiba-tiba sok cool gitu," celetuk Nisa. Lalu, semua orang yang ada di kelas melihat kembali ke arah Andi.
Mendengar itu, Andi pun sontak berseru, "Sumpah, aku ada di kelas dari tadi. Nih, mereka saksinya," Orang-orang yang ada di kelas pun sontak mengangguk.
***
Situasi kelas yang tadinya damai mendadak heboh. "Sudah tau semua, kan? Kalo kita akan study tour ke Pagaralam Sabtu besok. Rincian dana pun juga udah dijelaskan. Bagaimana?
Apakah semuanya sepakat?" tanya Dito si ketua kelas kepada semua.
"Kita ada waktu dua hari untuk persiapan. Silakan dipersiapkan kebutuhan masing-masing. Yang punya penyakit, jangan lupa bawa obatnya. Jangan lupa istirahat," sambung Dito.
Ketika mereka sedang siap-siap untuk pulang, pintu yang awalnya tertutup, tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, lalu tertutup kembali seperti dihempas kuat oleh seseorang. Seketika, mereka semua kaget sejadi-jadinya.
Responsnya pun beragam. Ada yang teriak, ada yang ber-istigfar, ada yang berdoa, ada yang bingung sambil bertanya-tanya, "Aku nggaksalah dengar, kan?"
Melihat situasi yang kacau, Dito pun menenangkan dan mengajak mereka untuk berdoa lalu keluar dari kelas.
***
Dito sedang berbincang dengan dosen beserta tiga orang supir bus. Obrolan mereka mengenai rute-rute perjalanan, waktu istirahat di jalan sekalian salat, kegiatan yang akan dilakukan selama di Pagaralam, dan obrolan ringan lainnya.
Setelah semua berkumpul, mereka berdoa bersama sebelum berangkat. Setelah berdoa, mereka masuk ke bus. Namun, Dito dan Anin belum masuk, mereka menahan supir busnya.
"Emmm, Om, maaf sebelumnya, mungkin ini terdengar enggak masuk akal. Kalau om lihat sesuatu atau dengar bisikan halus, anggap saja enggak ada, ya. Please!" Anin memohon.
"Iya, Om. Tolong banget. Terus ini ada ramuan juga dari keluarga saya untuk menangkal gangguan itu pas di perjalanan. Dijamin bukan racun kok, Om," tambah Dito.
Ada dua supir bus yang seperti bingung dan ingin menolak, tetapi satu supirnya langsung menerima dan meminum ramuan itu. Lalu, supir itu pun mengajak kedua temannya untuk meminumnya juga.
"Kalian masuklah dulu ke dalam bus. Kita berangkat," kata supir yang pertama meminum ramuan.
Akhirnya, supir kedua dan ketiga memasuki bus masing-masing. Sedangkan, supir pertama masih bersama Dito dan Anin.
"Om tahu maksud kalian. Dari tadi, memang ada makhluk halus di sekitar kita. Apakah mereka sering mengganggu kalian?" Dito dan Anin terkejut bahwa supir pertama mengetahui niat mereka.
Untuk menjawab pertanyaan si supir, Dito dan Anin hanya bisa mengangguk saja.
"Oke, jangan panik. Insya Allah, kita aman selama perjalanan. Sering zikir dan berserah diri pada Allah," nasihatnya. Dito dan Anin pun kembali mengangguk.
"Ayo masuk ke bus, kita berangkat sekarang." Mereka pun memulai perjalanan menuju Pagaralam.
***
Jarum pendek jam menunjukkan pada angka enam dan jarum panjang jam menunjukkan angka 4, akhirnya mereka pun sampai di sebuah Vila yang akan menjadi tempat mereka menginap sampai 2 hari kedepan.
Mereka semua turun dari bus dengan raut wajah semangat di campur dengan raut letih. Setelah pembagian teman sekamar, mereka berlari menuju kamar untuk segera bertemu dengan kasur.
Wajar saja, pinggang mereka butuh pelampiasan yang enak karena mereka hanya duduk dan tidur di atas kursi bus. Tanpa mereka sadari, waktu salat Maghrib hampir habis. Hanya ada beberapa orang yang sempat salat Maghrib.
Jarum jam sudah menunjukkan pukul 19.35 Waktu Indonesia Barat yang menunjukkan tanda bahwa perut mereka harus segera diisi. Para mahasiswa perempuan beserta ibu dosen terlihat sibuk dengan alat-alat dapur serta bahan-bahan masak. Sedangkan mahasiswa dan dosen laki-laki berkumpul di depan vila, bercengkrama, bermain game, dan bernyanyi.
"AAAKKHHH!! TO-TOLONG!!" suara teriakan itu membuat segala aktivitas di sana terhenti seketika. Orang-orang berlarian menuju ke arah sumber suara. Ternyata sumber suara itu berasal dari kamar, disana terlihat Amel sedang mencekik Nisa.
Melihat itu langsung saja Anin dan Tiara menarik Amel agar berhenti mencekik Nisa. Ketika Amel sudah menjauh dari Nisa, mereka berdua sangat terkejut karena di pupil mata Amel berwarna hitam pekat.
Anin dengan cepat membawa Amel ke ruang tengah bersama Dito. Disana juga ada supir bus pertama. Sementara itu para dosen menenangkan Nisa ditenangkan di dalam kamar.
Anin berlari ke kamar yang tidak ada orang, lalu duduk bersila di atas kasur dan menutup matanya, terlihat seperti orang bertapa.
Di ruang tamu, terlihat Tiara melantunkan ayat suci Al- Quran, lalu supir bis pertama pun berkomat-kamit, seperti mengucapkan sesuatu dengan menutup matanya sambil memegang kepala Amel.
Ada beberapa juga yang memegang tangan dan kaki Amel, menahannya yang terus memberontak.
Melihat semua orang fokus kepada Amel, Dito ia mundur dari sana dan berlari keluar dari vila untuk mencari bunga melati, untungnya di halaman vila itu terdapat tanaman bunga melati.
Dito pun melantunkan sesuatu seperti mantra sambil memakan bunga melati itu. Tidak lama kemudian, secara bersamaan Dito dan Anin mengeluarkan darah segar dari mulut mereka di tempat masing-masing. Namun, kejadian itu tidak menghalangi tekad mereka berdua untuk mengusir arwah jahat yang memasuki tubuh Nisa.
Akhirnya setelah memakan waktu selama kurang lebih 45 menit, Nisa pun sudah kembali seperti semula dengan tatapan bingung. Sedangkan Dito dan Anin terlihat sangat lemas.
Ketika mereka sama-sama sudah menginjakkan kaki di ruang tamu, seketika mereka pun ambruk, tergeletak tidak sadarkan diri dan situasi pun kembali menegangkan. Anin dan Dito pun akhirnya dibawa ke kamar masing-masing.
Tanpa yang lain sadari, ternyata Anin dan Dito pun mengorbankan diri masing-masing untuk mengusir makhluk ghaib.
***
Hari pun berganti, semuanya tampak baik-baik saja. Tidak ada yang membahas kejadian mengerikan semalam. Mereka berusaha untuk melupakan kejadian itu dengan cara jalan-jalan ke objek wisata yang terkenal di Pagaralam, yaitu Kebun Teh dan Tugu Rimau.
Mereka menikmati hari pertama mereka di Pagaralam dengan sangat antusias dan bahagia. Saat tiba di Tugu Rimau mereka foto bersama. Setelah foto, mereka akhirnya berpencar untuk lebih leluasa menikmati keindahan alamnya. Jarang-jarangkan bisa menghirup udara sejuk.
Tujuh jam sudah berlalu, tak terasa sudah waktunya untuk kembali ke vila. Namun, sebelum kembali ke vila mereka pergi berbelanja bahan masakan untuk makan malam nantinya. Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka pun kembali ke vila.
Jarum jam sudah menunjukkan pada angka 5, yang berarti mereka punya waktu satu jam untuk bersiap-siap salat maghrib berjamaah.
"Loh kok airnya mati, mana belum selesai mandinya. Guys, tolong hidupkan air, dong!" teriak Andi dari kamar mandi. Namun tidak ada jawaban dari luar sana.
"Guys, tolongin dong!" Masih tidak ada tanggapan. Andi pun memasangkan handuk pada tubuhnya, namun saat membuka pintu, "Ha-Hantu! To""
Dalam sekejap Andi hilang.
***
Salat berjamaah sudah, masak sudah, makan pun sudah. Namun, masih belum ada yang menyadari bahwa Andi tidak bersama mereka.
Seperti biasa para lelaki duduk santai di depan vila. Bapak dosen, para supir bus dan beberapa mahasiswa terlihat mengobrol. Doni, Alex dan Tara bermain gitar sambil bernyanyi. Riki, Putra, Dito, Adam, Naufal dan Andre sedang main bareng game Mobile Legends.
"Andi, dah login belum?" tanya Riki. Namun, tidak ada jawaban.
"Loh, Andi kemana woy?!" Mereka pun langsung mengedarkan pandangan sekeliling halaman vila, namun tetap saja Andi tidak terlihat. Dengan cepat Dito pun memeriksa kamar dalam vila.
"Eh, lihat Andi nggak?" Tanya Dito kepada para wanita yang ada di dalam vila. Mendengar pertanyaan itu, ada yang menggelengkan kepala dan ada yang bilang tidak melihat.
Dito pun kembali mencari Andi ke kamar mereka, ia berusaha untuk tetap positive thinking mungkin saja Andi istirahat di kamar karena keletihan. Namun saat mengecek kamar, ternyata kosong, tidak ada siapa-siapa. Hanya ada Handphone milik Andi.
Mengetahui ada yang aneh, Dito langsung berlarian keluar dan memberi tahu ke para pria bahwa Andi tidak ada di dalam vila. Anin melihat Dito begitu panik, ia berfikir sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Lantas, Anin pun ikut keluar vila disusul dengan yang lain.
Setelah ditanya ke setiap orang, mereka memang tidak melihat Andi dari salat Maghrib tadi.
Anin, Dito, dan sang supir bus pertama saling bertatapan. Akhirnya mereka memutuskan untuk mencari Andi bersama-sama. Mereka dilarang berpisah satu sama lain untuk menghindari kejadian yang sama terulang.
Mereka pun diteror dengan adanya bangkai tupai di kamar. Lalu, ada tulisan di kaca kamar dengan warna merah seperti darah, tulisannya seperti ini, "HAHAHA TEMAN KALIAN AKAN MATI!!!"
Melihat tulisan seperti itu, banyak yang berteriak. Membaca itu Anin dan Dito saling bertatapan. Kedua dosen serta yang lain pun terdiam dan bingung apa yang sebenarnya terjadi.
"Tenang semuanya, jangan panik. Sepertinya Andi diculik oleh iblis. Sekarang kita tutup semua pintu dan jendela. Kita akan membuat ritual untuk mengembalikan Andi kepada kita," ujar Om Hendra. Om Hendra ialah si supir bus pertama
"T-tapi""
"Mau nggak mau kita harus melakukan itu. Demi teman kalian," jawabnya
"Percaya sama om Hendra, guys. Beliau memiliki kemampuan di bidang ini. Jadi Insya Allah baik-baik saja," ucap Anin meyakinkan teman-temannya.
Mereka pun setuju. Mereka menyiapkan berbagai macam bahan-bahan untuk melakukan ritual.
Di sana terdapat air mineral, berbagai macam bunga, seperti bunga mawar, bunga kenanga, dan bunga melati.
Selain itu pakaian dan barang berharga milik Andi yang nantinya saat mereka duduk berbentuk lingkaran dan barang itu diletakkan ditengah lingkaran.
Tidak lupa seluruhnya yang ada disana diminta meminum ramuan yang dibawa oleh Dito.
Pintu dan jendela sudah tertutup dengan rapat, mereka duduk dengan bentuk lingkaran sebanyak dua lapis sambil berpegangan erat. Seluruhnya diarahkan untuk menutup mata apapun yang terjadi.
Setelah memastikan semuanya menutup mata, om Hendra bersama Dito dan Anin pun memulai ritual itu.
Lantunan ayat suci pun terdengar, mereka secara Bersama-sama menyandungkan surah Al-Fatihah, ayat kursi, dan beberapa ayat pendek lainnya. Setelah itu, terdengar bunyi berisik menghampiri telinga mereka.
Lalu, om Hendra bersama Dito dan Anin ke tengah lingkaran, dan membentuk lingkaran lagi untuk melingkari air mineral, bunga-bunga, dan barang milik Andi. Mereka bertiga pun mengucapkan mantra-mantra dalam berbagai bahasa, seperti bahasa Thailand, bahasa Jawa dan bahasa Bali.
Suasana disana begitu menegangkan, suara tertawa, suara rintihan, suara teriakan, suara tangisan, ditambah hawa yang begitu dingin.
"Hiks..hiks.." ada yang menangis disana. Sosoknya memang manusia, tetapi roh dalam tubuh itu bukan pemilik asli tubuh. Suara tangis berubah menjadi suara teriakan.
"AAAA TOLONG SAYA!! ADA YANG MAU BUNUH SAYA. TOLONG! TOLONG!" pegangan tangan pun terlepas, dan membuat beberapa orang membuka matanya. Akibat membuka mata, tiba-tiba saja mata mereka mengeluarkan darah yang tak biasa.
Teriakan kepanikan pun memenuhi vila mereka. Namun, orang-orang yang berlalu-lalang di depan vila, suara itu tidak ada.
Mengetahui situasi semakin tidak terkendali, orang-orang yang masih menutup mata dibimbing oleh Anin dan Dito untuk merapatkan kembali lingkaran. Sedangkan om Hendra tetap melanjutkan ritual.
Setelah lingkaran kembali rapat, Anin kembali mendekat ke tengah lingkaran. Sedangkan Dito mencoba untuk menyembuhkan mereka yang terkena dampak ritual.
Hawa disana semakin dingin, semakin mencekam oleh pintu-pintu kamar yang terbuka sendiri. Ketika Dito sudah selesai menyembuhkan beberapa orang tadi, perhatiannya teralihkan oleh Anin yang tiba-tiba melayang dalam posisi terlentang.
Tiba-tiba tubuh Anin terhempas begitu kuat pada lantai vila.
Dito yakin bahwa itu bukanlah Anin yang sebenarnya, tubuh Anin diambil alih oleh arwah lain. "Semuanya baca ayat kursi setelah itu kalimat syahadat!" perintah om Hendra yang langsung dilakukan oleh mereka.
Dito mendekat ke arah om Hendra. Disana juga terlihat Anin meringkukkan tubuhnya, telapak tangannya pun terbuka lebar seolah-olah ingin menerkam, matanya pun berwarna hitam pekat, sama seperti Amel kemarin malam.
Tubuh Anin seolah-olah ingin menerkam seseorang, untungnya Dito dengan cepat menahan kaki Anin menggunakan tali cambuk tetapi cambuknya berbeda dengan cambuk pada umumnya. Cambuk yang digunakan oleh Dito bercahaya dan cukup panjang tali nya. Melihat kesempatan yang bagus, om Hendra dengan cepat menyentuh dahi dan ibu jari tangan kanan Anin.
"Siapa kamu?" Tanya om Hendra. Anin hanya tertawa cekikikan.
"Kamu siapa? Kenapa kamu mengganggu kami?"
"Jennifer." Itulah nama sosok yang merasuki Anin
"Kenapa kamu mengganggu kami?"
"Hihihi," sosok itu kembali tertawa cekikikan
"Andi hilang, apakah itu perbuatan kamu?"
"Hahaha iya. Dia akan saya bawa pergi bersama saya"
"Kenapa kamu bawa dia? Apa salah dia?"
"Dia adalah kekasih saya. Itu hak saya untuk membawanya kemana pun!"jawabnya dengan amarah. Terlihat juga darah segar mengalir di pelipis wajah Anin.
"Dia berbeda dengan kamu. Dia manusia dan tempat tinggalnya di dunia nyata. Tolong kembalikan Andi kepada kami"
"TIDAK!!!" Tubuh Anin tiba-tiba terlepas dari jeratan tali dan menyerang Nisa
"KAMU! GARA-GARA PERBUATAN KAMU DULU, SAYA DAN ANDI MATI!" kembali sama kejadiannya seperti tadi malam, sosok itu mencekik Nisa begitu kuat bahkan kuku-kuku nya pun membuat luka di leher Nisa sampai berdarah.
Kejadian ini sangat cepat sekali, mereka masih dengan rasa terkejut pun bergegas menarik tubuh Anin dari Nisa, tetapi kekuatan makhluk itu lebih kuat.
Lalu, Dito mengambil ramuan miliknya dan langsung mencipratkan ramuan itu pada tubuh Anin. Sosok itu merasakan kesakitan, kepanasan, sehingga dengan sendirinya ia melepaskan Nisa.
Sedangkan Nisa sudah tak sadarkan diri. Tiara, Sisil, dan ibu Dosen menjaga Nisa. Melihat sosok itu tak berdaya Dito kembali mengikat tubuh Anin menggunakan cambuknya. Om Hendra mendekat pada tubuh Anin, "Jika kamu tidak mengembalikan Andi pada kami, kamu akan saya bakar."
"AAAA JANGANN!! Saya akan mengembalikan Andi, tetapi tidak gratis, ada syaratnya," ucap sosok yang ada dalam tubuh Anin.
"Apa syaratnya?"
"Kalian adalah pendatang di tempat saya. Tapi, seenaknya saja kalian mengucapkan hal-hal yang menjijikan. Padahal pendidikan kalian cukup tinggi, tetapi sayang ucapan yang keluar dari mulut kalian tidak mencerminkan orang berpendidikan," mendengar ucapan itu, semua mahasiswa seketika terdiam, mereka kembali mengingat perbuatan mereka.
"Siapa yang tidak terganggu ketika tempat tinggalnya di usik dengan hal seperti itu," lanjut sosok itu.
"Lalu, kenapa kamu menculik Andi, dan kenapa kamu melukai Nisa. Apa hubungan mereka dengan kamu?" tanya om Hendra
"Andi begitu mirip dengan kekasih saya. Sayangnya ia mati karena menyelamatkan saya dari keegoisan seorang wanita yang ingin membunuh saya agar dapat memiliki Andi seorang diri, dan wanita itu sangat mirip dengan wanita tadi."
"Kamu meninggal pada tahun berapa?"
"Tahun 1978. Saya meninggal karena saya bunuh diri di hutan. Sekarang hutan itu telah menjadi kampus kalian dan TKPnya tepat di kelas kalian." Semuanya terkejut dengan informasi tersebut.
"Kalau begitu, tolong kembalikan Andi dan Anin kepada kami," ujar Dito
"Jika ingin teman kalian kembali maka turuti syarat yang saya berikan. Dengan begitu saya juga tidak akan mengganggu kalian lagi." Semuanya dengan kompak mengangguk
"Akan kami penuhi syaratnya," jawab Dito mewakili mereka.
"Tidak jauh dari sini dalam radius 500 meter ada sumur tua yang sudah lama tidak digunakan. Andi berada di sana." Setelah memberi tahu keberadaan Andi, sosok tersebut keluar dari tubuh Anin dan menghilang.
Anin terbatuk-batuk, namun darah keluar dari mulutnya. Om Hendra mengatakan bahwa itu bukan masalah besar. Sudah hal biasa ketika tubuh manusia tersebut habis di rasuki makhluk halus.
"Guys, ayo cari Andi. Besok pagi kita sudah harus pulang," ajak Dito.
Mereka pun berpencar mencari sumur tua yang diberi tahu oleh Arwah Jennifer.
"ANDI KETEMU GUYS. DI SINI!" teriak Riki. Mereka pun mendekat ke arah Riki. Andi tersandar pada sebuah sumur dengan tubuh telanjang tidak lupa ada beberapa luka ditubuhnya.
Para wanita yang melihat pun histeris dan membalikkan tubuh karena tidak ingin melihat Andi dalam keadaan seperti itu.
Andi pun dibawa kembali ke vila setelah tubuhnya ditutup menggunakan selimut. Butuh waktu cukup lama, sampai akhirnya Andi pun membuka matanya. Seluruhnya menghembuskan nafas lega dan bersyukur. Andi telah kembali kepada mereka.
Andi bingung, lalu dia bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Lalu Dito pun menjelaskan kepada Andi. Andi paham, lalu menjelaskan juga apa yang terjadi padanya saat ia mandi.
"Tapi tunggu dulu. Ada hal yang aneh juga dengan Dito. Dit, kok kamu punya cambuk dan anehnya cambuk itu mengeluarkan cahaya?" tanya Andre
"Nah iya. Apalagi, kok tiba-tiba ada air kayak ramuan itu?"
"Hmm, itu, gimana ya bilangnya. Sebenarnya aku ada kemampuan dalam tanda kutip. Nah kemampuan ini emang turun temurun gitu. Kalo soal ramuan itu, emang sengaja bawa karena aku sudah menduga bahwa akan ada kejadian seperti tadi," Jelas Dito
"Eh tapi Anin juga aneh, kemarin malam yang Nisa di cekik itu pun dianya menghilang. Terus aku lihat dia ke kamar. Aku kira dia takut lihat begitu, jadi aku ikutin biar dia gak ngerasa takut lagi. Eh pas aku baru sedikit buka pintu, Anin kayak lagi bertapa gitu. Aku tungguin buat memastikan kalau Anin gak kenapa-kenapa. Terus tiba-tiba, Anin muntah darah," ujar Bella
"Oh itu aku kayak ngelakuin ritual kecil buat ngusir arwah yang ngerasukin Amel. Aku pernah belajar hal kayak gitu karena dulu ada peristiwa mistis juga yang terjadi pada keluarga aku. Mau gak mau aku diberi kemampuan ilmu mistis oleh 'orang pintar' buat bantu mengusir gangguan mistis yang terjadi di keluarga aku," Jawab Anin
Karena tenaga mereka sudah terkuras habis, mereka pun beristirahat.
***
Minggu, jam 7 pagi, semuanya sedang berkumpul di halaman vila. Terlihat dosen sedang berbicara sepatah dua kata untuk menutup rangkaian acara mereka di Pagaralam.
Tidak ada percakapan juga diantara seluruh mahasiswa apalagi percakapan yang menyinggung kejadian mistis yang menimpa mereka.
Setelah dosen berbicara, mereka pun berdoa bersama sebagai rasa syukur dan meminta perlindungan kepada Tuhan agar selamat selama perjalanan pulang.
Tidak lupa mereka pun pamit pada pemilik vila tersebut. Sampai akhirnya mereka pun menaiki bus dan berangkat pulang. Tanpa mereka sadari ada yang aneh dengan senyuman pemilik vila, terlihat menakutkan. Hal itu dilihat oleh Dito dan Anin. Keduanya pun pura-pura tidak mengetahui hal tersebut.
Di perjalanan, Anin melihat foto-foto mereka saat berwisata kemarin. Foto di sebuah tugu pun tampil. Namun, ada sesuatu yang ganjil. Anin pun memperbesar foto itu, ternyata ada sosok mistis yang berdiri seperti nyempil di antara orang dan tugu tersebut. Anin pun langsung menghapus foto itu lalu mematikan ponselnya. Tanpa sengaja ia menoleh ke arah kursi belakang dan terlihat sosok yang sama seperti di foto sedang berdiri di pojok bus.
"Berarti selama ini ia selalu menguntit kemana pun kami pergi," batin Anin.
***
Karya penulis lainnya bisa ditemui di akun Wattpad : belut_terasi
Komentar
Kirim KomentarRini Ramadhani
26-04-2024 06:55 WIB
😍😍